Kemarin, sekitar jam 13.00 WIB, Ibnu temanku telepon. Dia mengajakku untuk menghadiri seminar proposal Pak Bos. Cerita punya cerita, ternyata ada pemaksaan di balik semua itu. Tersangkanya adalah Nuril Annissa yang memaksa Ibnu untuk mengunjungi seminar proposal Pak Bos karena dia sendiri tidak bisa.
Ibnu yang tidak punya teman akhirnya memaksa saya juga ikut serta. Awalnya ketika ditelepon saya sudah menyanggupinya, namun saat-saat 15 sebelum pukul 14.00 WIB tiba, saya mencoba membatalkannya.
“Alasannya apa Baygune?” tanya Ibnu.
“Malas banget Nu, harus pakai kemeja, pakai sepatu. Lagian kami sedang malas bawa motor,” jawabku.
Ternyata alasanku yang tidak syar’i itu (menggunakan istillah akh Roby) tidak dapat diterima oleh Ibnu. Dan karena tidak enak hati, aku pun terpaksa ikut.
Setiba di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, kami pun kebingungan. Di manakah ruang sidang si Ade Pak Bos yang katanya berada di gedung A ruang C. Awalnya begitu tiba, dengan gaya sok tahu si Ibnu lari ke lantai 2 gedung A yang kami temui. Ternyata itu cuma ruang kuliah biasa dan kebanyakan anak-anak FK yang manis-manis di sana. Usut-punya-usut, ternyata kami salah alamat.
Kami baru ngeh kalau salah setelah aku bertanya kepada salah seorang mahasiswa FK yang paling cakep. Dari tutur kata anak manis tersebut, ternyata ruang C itu ada di depan dan di lantai satu.
Begitu kami ke depan, tetap di gedung A. Kami kebingungan kedua kalinya. Semua pintu ditutup. Untung saja aku melihat seorang kakak manis sedang duduk di depan pintu salah satu ruangan. Dengan jantung deg-degan karena itu kakak manis banget aku beranikan diri bertanya dimanakah ruang C yang sedang kami sergap tersebut.
Eh-eh-eh, ternyata ruang C itu adalah ruang di mana kakak manis itu duduk. Karena pintunya tertutup, kami tidak berani masuk. Aku pun bertanya, apakah masih boleh masuk? Ternyata katanya boleh. Namun ketika kami membuka pintu, ternyata isinya cewek semua. Niat serta tekad yang bulat awalnya itu pun kami batalkan, walau di ruangan itu serasa di surga karena semua bidadari pada ngumpul mendengarkan ceramah ga penting di sidang proposalnya Pak Bos.
Lepas dari sebuah tempat yang bernama Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, aku dan Ibnu pun berencana ke Rumcay (markas besar FLP Aceh). Sekalian, aku berniat hendak melanjutkan memeriksa jawaban ujian peserta yang mengikuti ujian beberapa waktu yang lalu. Namun ternyata kunci Rumcay tidak ada.
Mesjid Oman adalah pemberhentian kami sementara. Karena sudah kepalang membeli roti coklat, aku pun tanpa malu memakan roti tersebut di sekitar teras mesjid tersebut. Hingga Ashar kami masih di sana, sampai satu jam kemudian setelah Ashar.
Sekitar pukul 17.00 WIB, kami meluncur ke Rumcay. Sekitar pukul 17.15 WIB semua peserta rapat yang terdiri dari aku mewakili kaderisasi dan para wali kelas berkumpul. Ada dua wali kelas yang tidak hadir, yaitu dari wali kelas kelompok 10 dan kelompok 2.
Sebenarnya aku agak kagok. Pak Bos tidak memberikan agenda apa pun kepadaku untuk rapat tersebut. Dan aku pun tidak harus harus merapatkan apa. Alhasil, yang kami bahas adalah masalah beberapa peserta yang tidak memiliki syarat kelulusan yang cukup namun berusaha diluluskan dengan rekomendasi para wali kelasnya.
Pulang dari sana, setelah sebelumnya Magrib di mesjid Oman, aku ke rumah dan saat itu sedang mati lampu.
Demikianlah cerita hari-hariku hari ini dan aku beri judul A-B-C-D karena jika aku cuma beri judul ABC, nanti disangka kecap.