Hujan Yang Aneh

Hujan yang aneh. Biasa orang menyebutnya hujan lokal. Sudah dua kali aku diserang. Dia yang turun dari langit yang membuatku kuyup. Basah. Lantas kedinginan.

Tadi aku di FLP, menjaga sekretariat untuk pendaftaran LMuS (Lomba Menulis Untuk Siswa). Kebetulan, kuitansi dan anak klip sudah habis, jadi aku ditugaskan untuk membeli peralatan tersebut.

Seorang anak FLP, yang berjenis kelamin laki-laki dan bernama Syukri Aba ternyata membawa sepeda. Berbeda dengan aku dan Ibnu yang membawa Honda. Di sini, di Aceh, kami lebih sering menyebutkan sepeda motor itu dengan Honda. Terserah mau merek apa, baik itu honda Yamaha, honda Supra, atau honda Suzuki. Pokoknya yang orang Jakarta sebut motor, atau sepeda motor, di sini disebut honda.

Jadi, aku yang sudah lama tidak bermain sepeda meminjam sepeda milik si Syukri Aba. Aku pun berjelajah mencari fotokopi terdekat dengan FLP. Di daerah Lampriet, akhirnya ada sebuah fotokopi yang buka. Tokonya kecil, hampir seluruhnya cuma terbuat dari kayu.

Lepas setelah aku membeli anak klip dan kuitansi, aku pun mencari toko swalayan terdekat. Aku membeli Pulpy Orange. Nah, kesialan bermula di sini. Saat hendak pulang, hujan pun turun. Tanpa komando, langsung menderas. Aku pun tiba di FLP dalam keadaan tenggelam.

Baca Selengkapnya

A-B-C-D

Kemarin, sekitar jam 13.00 WIB, Ibnu temanku telepon. Dia mengajakku untuk menghadiri seminar proposal Pak Bos. Cerita punya cerita, ternyata ada pemaksaan di balik semua itu. Tersangkanya adalah Nuril Annissa yang memaksa Ibnu untuk mengunjungi seminar proposal Pak Bos karena dia sendiri tidak bisa.

Ibnu yang tidak punya teman akhirnya memaksa saya juga ikut serta. Awalnya ketika ditelepon saya sudah menyanggupinya, namun saat-saat 15 sebelum pukul 14.00 WIB tiba, saya mencoba membatalkannya.

“Alasannya apa Baygune?” tanya Ibnu.

“Malas banget Nu, harus pakai kemeja, pakai sepatu. Lagian kami sedang malas bawa motor,” jawabku.

Ternyata alasanku yang tidak syar’i itu (menggunakan istillah akh Roby) tidak dapat diterima oleh Ibnu. Dan karena tidak enak hati, aku pun terpaksa ikut.

Baca Selengkapnya

My First Time

Hari ini adalah hari pertama aku menjadi moderator. Dadakan!

Awalnya bang Ferhat yang diminta kesediaan untuk menjadi moderator, karena bang Alimuddin maunya bang Ferhat. Soalnya mereka memiliki karakter unik yang sama: sama-sama lebay!

Tadi pagi, aku memoderasi acara perdana kelas intensif dengan tema besar: “Makna Sebuah Proses Kreatif Sehingga Menembus Media” dan aku merasa sangat tidak maksimal sebagai seorang moderator. Ada beberapa alasan, salah satunya adalah aku depresi karena ini adalah kali pertama aku menjadi moderator. Alasan kedua adalah, aku memiliki masalah dalam penyampaian verbal.

Asli banget, tadi itu aku merasa sangat gugup. Gak tahu harus bicara apa-apa. Otakku sama sekali blank. Parahnya, aku dalam kondisi demikian di hadapan ratusan peserta kelas intensif. Mana ada cewek-cewek cakep lagi, duh, jadi tambah grogi.

Baca Selengkapnya