Di beberapa kami sempat terjadi perbincangan, tentang seorang ustad yang meminta dibayar mahal untuk berdakwah. Bagiku, dia seperti ustad palsu. Karena dia meminta dunia, bukan akhirat padahal sejatinya dakwah adalah pengorbanan harta dan jiwa. Bahkan seharusnya kita yang membayar agar orang mau mendengarkan dakwah kita.
Sejatinya dakwah adalah menukarkan dunia dengan akhirat.
Kita kembali mempertanyakan, adakah keikhlasan ustad tersebut dalam berdakwah? Taruhlah ustad tersebut berjiwa enterpreneur, namun apakah harus dengan membisniskan lahan dakwah? Padahal begitu banyak pahala yang diperoleh dari dakwah namun menjadi tiada nilai ibadah lagi ketika dia mengharapkan materi daripadanya.
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Q.S. Al-Kahf : 28)