Aku memiliki seorang teman, ku menyebutnya lelaki. Seorang yang berjalan dengan ayunan kaki pengkor, lusuh, dan muka yang tak terurus. Sekilas tak ada yang berarti dalam dirinya, dengan sikap lusuh tak terurus siapa yang menyangka ternyata dalam dasar lubuk hatinya tersimpan cinta.
Hujan turun deras hari ini, menguyur bumi memberi harapan pada tanah dan tetanaman. Semoga tidak banjir.
Ketika hujan turun, segalanya bisa tersenyum. Pohon-pohon, hewan-hewan, udara, cahaya, angkasa, angin, hati, semuanya. Namun hujan yang menjadi luap akan sangat tidak mengenakkan, betapa banyak yang menghindari banjir dan bahkan suatu kaum telah terceritakan dalam mushab yang indah untuk menerima takdir pembasmian dengan luapan air. Begitu juga cinta.
Cinta sama seperti air, dibutuhkan namun tidak untuk menjadi luap yang berakibat fatal.