Hal yang paling mengerikan dari seorang wanita pintar adalah egoisme yang begitu tinggi. Perasaan ingin selalu dituruti. Keinginan untuk terus di atas. Selalu ingin dipahami tanpa ingin memahami. Maka terkutuklah semua pria bodoh, yang menjadi tunduk oleh keegoisan-keegoisan tersebut. Namun, memang, kecerdasan wanita adalah hal yang paling eksotik di dunia. Tak pun mampu dikalahkan oleh bentuk juga rupa.
Aku sangat mencintainya. Teramat dalam. Tak pernah mampu terlukiskan. Bahkan oleh perputaran waktu yang pernah lewat. Cinta yang lebih dalam daripada saat hadirnya sang puteri, taman surga, maupun bidadari kedua. Bahkan ini cinta yang mampu melebihi rasa yang dulu pertama kali hinggap saat aku SMA.
Aku menangis saat menuliskan ini. Mungkin kami sama-sama terlalu muda untuk urusan yang menjadi wilayah manusia dewasa. Atau kami terlalu egois, untuk mengalah bersama. Memperturutkan keinginan, ego, dan hawa napsu. Seperti anak kecil yang terus menjerit memperebutkan apa yang menurut mereka menjadi haknya. Dan para dewasa cuma mampu tertawa dan terbahak. Seolah apa yang terjadi adalah hal terlucu di dunia.
Aku paling benci saat aku tidak dihargai. Seperti sampah yang terserak tanpa dikehendaki. Seolah boneka yang bisa dipeluk lantas dibuang sesuka hati. Aku benci. Sepenuh benci.