Mungkin takdir. Entah mengapa aku lebih memilih membuka browser melihat tulisan mereka tentang Islam daripada belajar Mekanika Fluida atau Termodinamika. Aku melihat bagaimana mereka menulis, dan itu berarti juga bagaimana proses berpikir itu terjadi. Aku menebak-nebak, apa sebenarnya mereka.
Berbicara Islam. Mereka berbicara Islam dengan nada tinggi. Penuh referensi dan keilmuan. Lantas aku bertanya, apakah itu semua bermakna dengan keimanan yang ada di hati mereka?
Kata mereka, seharusnya Islam itu begini, Islam ini begitu. Lantas, apa yang terjadi dengan ke-Islam-an mereka sendiri. Islam yang ada di dalam hati mereka.
Bukannya aku melarang engkau para sahabat untuk membaca. Bukannya aku melarang engkau untuk menutup semua buku. Aku tidak akan pernah mampu melarang seseorang untuk terus memperbaharui keilmuannya. Namun, aku hanya bertanya apakah pengetahuan itu yang nanti akan engkau pertanggungjawabkan itu berarti bagi hatimu?
Ilmu itu, akan membuatmu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan atau malah menjauhkan.