Tadi pagi si Mirza sms katanya dia butuh sepatu kulit yang aku pinjam untuk proposal kemarin itu, karena dia akan wisuda lokal hari ini. Malangnya, aku baru membaca sms itu siangnya. Saat itu aku merasa sangat bersalah terhadap Mirza.
Aku sakit kepala. Mulai dari kemarin sore sudah sakit sekali. Pusing yang disertai rasa mual. Aku duga, mungkin karena efek mempelototi layar monitor dalam waktu berjam-jam, atau mungkin juga karena melihat terus sambil berpikir keras dengan code-code MATLAB yang hendak aku jabarkan menjadi rumus bagi program yang lebih baru.
Hingga tanggal 20, aku harus sudah siap membuat sebuah program MATLAB untuk mensimulasikan analisis gerak simulator gempa berbasiskan Stewart Platform. Dosen pembimbingku sudah mewanti-wanti. Aku rada tidak enak juga karena seperti menjadi beban bagi dosenku.
Kadang aku merasa seperti pecundang. Punya mimpi yang tinggi tetapi tidak mampu merealisasikannya. Bahkan, aku tidak berani lagi menuliskan mimpi-mimpiku. Ada banyak mimpiku yang berguguran di tengah jalan karena seringnya aku ceritakan kepada orang-orang. Sekarang, aku seperti malu untuk bermimpi di hadapan orang-orang.
Aku orang yang cepat sekali termakan kata orang. Parahnya, terkadang yang aku makan itu adalah kata-kata dalam konotasi yang buruk, dan membuat semangat hidup ini jatuh. Aku ingin menutup kuping, namun rasanya seperti tidak bisa. Aku merasa, mereka yang berkata buruk di depanku tahu segalanya tentang diriku, atau mungkin aku yang merefleksikan diri di dalam keburukan dari kata-kata mereka itu. Entahlah.
Yang jelas, waktuku kian hari kian sempit. Stamina tubuhku juga mulai drop. Aku sering sekali sakit, walau bukan sakit berat, namun terasa sangat mengganggu sekali. Seperti pusing, mual, batuk, susah menelan, dan lain sebagainya.
Entah apa yang terjadi ke depan. Aku tidak punya kuasa duga.