Pentingnya Komunikasi

Komunikasi bisa menjadi sebuah pisau bermata dua. Kadang dengannya kita akan semakin akrab, namun dengannya pula akan timbul masalah. Walau bagaimana pun, komunikasi adalah hal yang sangat penting.

Beberapa waktu yang lalu saya menjadi setan. Alasannya, karena saya menjadi pendengar di antara dua cewek yang sedang curhat. Cuma saya lelaki di situ. Dan saya malah menjadi penganggu acara curhat-curhatan tersebut. Ketika seseorang wanita sedang mengeluhkan apa yang sedang dicurhatkannya, saya sering dengan sengaja membalikkan arah perbincangan ke hal-hal yang tak penting. Jahat ya 😉

Dalam satu sesi curhat tersebut, terceritakan tentang kekesalan wanita tersebut kepada seorang pria. Dan saya adalah orang yang memiliki level menyebalkan sama dengan pria tersebut.

Saya tidak tahu mengapa di mata wanita tersebut, pria yang hendak menikah tersebut begitu menyebalkan. Berkali-kali facebook pria tersebut di-remove dan kemudian di add kembali. Dan katanya, di depan saya pula itu, dia juga akan me-remove facebook saya karena saya adalah orang yang paling menyebalkan.

Terkadang timbul rasa bersalah juga. Saya telah merusak citra wanita tersebut. Wanita yang jarang berbicara dengan pria, namun karena alasan krusial sebuah organisasi dia harus berbicara dengan saya. Yang menjadi masalah adalah, dia menjadi bulan-bulanan saya! Kadang sebagai kacung-nya, malah saya suka membantah apa yang diperintahkannya. Sebenarnya saya membantahnya secara lisan saja, cuma ingin main-main, namun di luar itu saya mengerjakannya dengan sepenuh hati.

Lebih parahnya lagi, beberapa temannya menduga ada terjadi affair antara saya dengannya. Hahaha…

Itulah pentingnya komunikasi. Komunikasi yang saya lakukan bersama wanita yang sedang curhat itu sering sekali berujung trouble. Saya suka bercanda. Kadang tidak mengenal tempat.

Kembali ke pokok pembahasan. Ternyata, wanita dan pria tersebut juga sudah saling diam-diaman. Luar biasa sekali! Padahal, sejatinya mereka sama-sama telah saling memaafkan atau pun telah mencoba saling memahami. Namun ya itu tadi, tiada komunikasi, dan tiada yang berani untuk mulai melakukan komunikasi.

Kecemburuan-kecemburuan pun sering timbul akibat misskomunikasi. Kita dengan prasangka kita, mencoba menerka isi hati seseorang. Kadang kita menerka tanpa bertanya, tanpa berkomunikasi, dan kemudian mulai timbul api cemburu. Kadang, ketika kita melihat seseorang menuliskan sebuah pesan, kita akan bertanya: “untuk siapa pesan itu? Apakah untukku.” dan sering sekali prasangka mewartakan: “Tidak! Bukan! Itu bukan untukmu

Dulu sekali, aku pernah melakukan kesalahan tersebut. Mungkin, akan kuulang di episode kali ini.

Sering sekali pula. Ketiadaan komunikasi juga timbul karena kita begitu malu untuk memulai. Terkadang, rindu sudah diubun-ubun, namun malu hendak menyapa. Kita merasa, nanti jika terlalu sering menyapa karena rindu, aku akan dianggap apa?! Atau ketika ego kita menolak untuk mulai memberi tangan setelah ikatan lama terpisah.

Beberapa orang di dunia ini aku temukan seperti itu. Juga termasuk aku.

Dan kesalahan komunikasi juga berbahaya karena menimbulkan miss-persepsi. Apalagi aku sering temukan hal tersebut pada orang yang sedang jatuh cinta. Ketika kita jatuh cinta, kita akan selalu menduga hal yang orang kita cintai adalah untuk kita. Dan kita merasa apa yang kita lakukan adalah yang terbaik bagi dia. Sebagian dari itu benar, namun kebanyakan adalah sebuah kesalahan.

Seorang teman lelaki pernah mencintai seorang wanita. Cinta yang sangat hebat. Apa yang dilakukan oleh wanita ditafsirkan sebagai jawaban atas sebuah cinta, padahal tidak demikian halnya dengan si wanita. Ujung-ujungnya, wanita tersebut merasa jengah dengan kelakukan lelaki tersebut. Dan dikehidupan ke depan, lelaki tersebut pun di-blacklist dari kehidupan sang wanita. Menyeramkan.