Merasa Menjadi Munafik

Dalam salah satu hadist dikatakan, “ciri-ciri munafik itu ada 3, yaitu: (1) bila berkata dia berdusta, (2) berjanji namun mengingkari, dan (3) diberi kepercayaan namun khianat.” Dan aku merasa bahwa aku seperti seorang munafik ketika salah satu syarat itu kudeteksi ada pada diriku sendiri.

Berulang kali aku membangun janji namun berulang kali pula aku mengingkari. Tidak cuma janji pada orang lain, namun pada diriku sendiri. Entah berapa banyak jiwa yang kecewa akibat janji yang urung tunai dituntaskan.

Beberapa waktu yang lalu aku berjanji pada beberapa orang untuk melakukan ini dan itu. Namun karena berbagai sebab, aku urung menunaikannya sampai mereka terus bertanya, kapan penantian mereka akan usai.

Mungkin ini karma. Pada sisi yang lain, aku adalah mereka yang menjadi pihak yang kecewa karena janji-janji yang terus teringkari. Dari sana aku belajar, tentang rasa sakit berbuah kecewa akibat memeluk janji-janji yang mungkin saja ternyata palsu.

Baca Selengkapnya

Penipu Berkedok Narkoba

Kemarin, pagi-pagi sekali (tidak pagi sekali juga sih, sudah pukul 8.00 WIB) Ayah menggedor kamarku. Saat aku buka, wajah Ayah memucat dengan napas tersengal. Dengan terbata-bata Ayah memintaku hati-hati, baru saja ada orang yang menelepon Ayah mengatakan bahwa aku ditangkap karena penyalahgunaan narkotika dan meminta uang damai Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Penipu yang tidak punya harga diri dan kemanusiaan itu menelepon depot air minum kami (Ayah yang sudah pensiun memiliki usaha depot air minum isi ulang RO untuk membiayai kehidupan kami serta membiayai kehidupan dua kakakku yang sedang mengambil S2 dan spesialis pulmo). Penipu itu mengaku bernama Briptu Eka (aku lupa-lupa ingat siapa nama penipu jadah tersebut).

Aku sendiri tidak khawatir, karena yang namanya penipu itu adalah sekumpulan pengecut yang cuma berani beraksi di balik telepon. Suaranya saja besar dan menggertak, tetapi nyali mereka itu sebenarnya ciut dan mungkin alat kelamin mereka itu tidak memiliki fungsi selain kecuali sebagai aksesoris. Yang aku sayangkan adalah Mamak dan Ayah, mereka sangat-sangat khawatir dengan keadaanku. Mamak yang paling panik aku rasa, malah mewanti-wanti agar aku hati-hati, siapa tahu ada orang menculikku lantas menyuntikkan narkoba ke dalam tubuhku baru kemudian ditangkap dengan tuduhan penyalah gunaan narkoba.

Baca Selengkapnya