Langitku Abu-abu

Mata lelah, mengabur sajalah
Tak perlu dibuka, tutuplah
Tidurlah engkau dan butalah
menulilah tak perlu mendengar
teriak-teriak cuma igauan
mimpi akan segera usai kawan

Langitku abu-abu
tak gelap dia juga tak biru
cuma seperti sketsa buram
ditutupi asap tebal dari hutan yang terbakar
segaris tipis
ketika purnama tak lagi singgah
dan awan putih menjadi tak berwarna

Teriaklah para anakku
jendela waktu terus terbuka
semua memasukinya
dari koruptor hingga esek-esekutor
dari banci tampil hingga orang bugil
darimu aku dan mereka
sejarah tercipta

Gadailah rasa kenyangmu
tak perlu takut dengan ketakutan
tak perlu cemas dengan kecemasan
tak perlu lapar dengan kelaparan
kita adalah pembela-pembela
berdiri di sini untuk terus berteriak
bahwa salah tetap tak pernah menjadi suatu kebenaran

Namun ideo menyumpah menjadi serapah
menuhan kita akan dia
bentrok kita saling sikut untuk siapa yang terbenar
tak pernah menjadi welas
kemarahan dari taring-taring ganas
dan anak-anak hanya akan terluka
dan darah menjadi keringat yang akan terus mengucur
ideo hanya pemikiran sayang
dan Tuhan ada sebelum semuanya terlahir

Cukuplah engkau hidup satu hari
tak perlu ego dengan seribu tahun
satu hari yang jernih lebih berarti dari seribu yang kelabu
di sini pasir anak manusia yang terlentang
diapit jiwa tercerabut paksa
salahkah mereka?
cukup cuma engkau yang mengerti
aku tak lagi mampu merangkai kata

gaudum manga syiala kabambum
durito eman noiwqsja toaakahsgsa
akgausg emhea lalauh
ysncpay xtaagals aksalooo
wjajangalsa lfsamgafasda bogkoo

berbicara dengan kata tak akan bermakna
jika hati tak terbuka
kembali menjadi lingkaran
bahwa dalam setiap kejahatan terdapat setitik putih
dan dalam tiap putih ada hitam

ledaklah semua
serpihan dari abu hasil bakaran
akhirnya
Langitku abu-abu

Baca Selengkapnya

Lelaki Abu-abu

Aku bukan pria yang baik. Aku tidak putih namun tidak juga hitam. Aku tidak berada di kiri namun bukan berarti aku ada di kanan. Aku di tengah-tengah. Aku, lelaki abu-abu.

Temanku pernah mendebatku tentang ini. Katanya, ”Ben, tidak ada yang namanya kaum tengah. Yang ada adalah kiri atau kanan, kebaikan atau keburukan. Nanti jika dihisap kelak, cuma ada dua pilihan; surga atau neraka dan tidak ada yang ditengah-tengah.

Temanku benar, tak ada yang di tengah. Kaum tengah tidak pernah memiliki ruang, abu-abu bukanlah warna, dia tidak pernah memiliki tempat. Namun, terkadang aku mendebatnya, ”Bukankah Islam itu pertengahan? Yang tengah antara Yahudi dan Nasrani. Yahudi yang begitu kaku atau Nasrani yang terlalu asih. Islam adalah jawaban dari kesempurnaan. Sebuah jalan tengah bagi umat manusia.

Baca Selengkapnya