Kita Masih Beruntung

Apakah kamu orang yang suka mengeluh?

Apakah kamu orang yang suka mendebat Tuhan untuk segala kekurangan yang kamu miliki?

Apakah kamu orang yang suka mencela sesuatu yang sebenarnya haruslah kamu syukuri.

Kita masih beruntung. Aku, kami, mereka, kita masih sangat beruntung.

Sekitar hari Jumat, aku bertemu dengan bang Norman. Dia mengajakku untuk bergabung disebuah lembaga yang bergerak dalam bidang kemanusiaan. Aku diminta untuk menjadi volunteer, seorang sukarelawan yang bekerja giat tanpa meminta bayaran. Nantinya, lembaga itu akan dinamakan dengan nama Aceh Initiatives, dengan alamat situs www.acehinitiatives.org.

Aku diminta untuk menjadi web master di sana. Tetapi untuk saat ini, jobdesk-ku adalah membuat email, lantas mendaftarkannya ke paypal agar orang-orang luar negeri dapat dengan mudah mendonasikan dana mereka ke kami dengan melalui paypal. Lembaga ini tidak sedikit pun akan memungut biaya dari kegiatan, semua berasal dari donatur. Karenanya, kantor kami adalah sebuah web agar semua hal bisa berjalan tanpa biaya.

Sebenarnya bukan hal di atas yang ingin kuceritakan. Aku merasa kita masih sangat beruntung daripada orang-orang yang akan kami bantu nanti. Bangunan dasar lembaga tersebut diidekan oleh bang Norman dari lembaga serupa yang pernah diikutinya di Amerika sana, namanya handreach.org. Ketika aku melihat ke sana, betapa terenyuhnya hatiku, melihat anak-anak yang begitu lemah harus menjadi cacat, atau kecelakaan yang membuat mereka cacat.

Di sini pun nanti kami akan mengadakan hal yang serupa. Membantu anak-anak cacat, atau mereka yang putus sekolah. Kemarin, si Ghaffar pernah ke rumahku meminta sumbangan. Mereka ingin mengadakan kipas angin untuk sekolah bisu yang ada di Aceh Besar. Kata Ghaffar, kasihan sekali mereka, setiap hari mereka kepanasan. Aku pun tak tega.

Bang Norman, ketika diskusi kami kemarin di mana aku lebih banyak diam, memberikan gambaran visi seperti ini. Andai setiap hari saja setiap orang menyumbangkan Rp 1.000, kalikan dengan 30 hari. Andai ada 500 ribu orang Aceh yang melakukan serupa, berapa banyak dana yang bisa kita berikan ke orang-orang yang lebih berhak.

Aku 100% setuju dengan visi tersebut. Mengapa kita setiap hari mengeluarkan duit untuk tembakau, mengopi, namun Rp 1.000 rasa susah untuk kita sumbangkan. Jika visi tersebut membuahkan mimpi, berapa banyak anak-anak yang terbantu? Berapa banyak buku yang bisa mengisi seluruh perpustakaan, berapa banyak anak-anak yang akan menjadi pintar.

Kita masih beruntung. SANGAT BERUNTUNG.