Marhaban ya Ramadhan

Mungkin karena usia. Ramadhan yang dulu aku hadapi dengan perayaan tampak tertatih sekarang berjalan. Entah kemana perasaan gembira yang dulu akan selalu hadir, seperti perasaan seseorang menunggu pernyataan cintanya diterima: detik-detik mendebarkan yang dinantikan. Namun sekarang pupus.

Mungkin ini karena jiwaku yang semakin kosong. Boleh jadi karena semakin bertumpuknya dosa di dalam dada. Tentang kaki yang berselimut lumpur, dan lengan yang berkubang kesalahan. Hati yang lalai dan pikiran yang jauh dari memikirkan Tuhan.

Aku merindukan aku yang dulu. Manusia yang melihat manusia dengan seadanya. Tidak mengutuk mereka yang berdosa lebih dari seharusnya. Memaafkan mereka yang terlupa. Tidak berburuk sangka ketika berderma. Tak membutuhkan manusia membalas kembali seluruh cinta.

Baca Selengkapnya