Merasa Menjadi Munafik

Dalam salah satu hadist dikatakan, “ciri-ciri munafik itu ada 3, yaitu: (1) bila berkata dia berdusta, (2) berjanji namun mengingkari, dan (3) diberi kepercayaan namun khianat.” Dan aku merasa bahwa aku seperti seorang munafik ketika salah satu syarat itu kudeteksi ada pada diriku sendiri.

Berulang kali aku membangun janji namun berulang kali pula aku mengingkari. Tidak cuma janji pada orang lain, namun pada diriku sendiri. Entah berapa banyak jiwa yang kecewa akibat janji yang urung tunai dituntaskan.

Beberapa waktu yang lalu aku berjanji pada beberapa orang untuk melakukan ini dan itu. Namun karena berbagai sebab, aku urung menunaikannya sampai mereka terus bertanya, kapan penantian mereka akan usai.

Mungkin ini karma. Pada sisi yang lain, aku adalah mereka yang menjadi pihak yang kecewa karena janji-janji yang terus teringkari. Dari sana aku belajar, tentang rasa sakit berbuah kecewa akibat memeluk janji-janji yang mungkin saja ternyata palsu.

Baca Selengkapnya

Janji Seribu Hari

Kepada seorang bidadari, aku telah memberikan janji seribu hari. Kelak, dalam waktu itu aku akan belajar menegakkan punggungku untuk berdiri. Tidak cuma menjadi seseorang yang telah mampu mencukupi kebutuhan nalurimu, tidak cuma untuk kebutuhan sandang, pangan, dan papanmu. Namun, aku berjanji untuk tegak berdiri, juga berarti menjadi seseorang yang menuntun batinmu. Menjadi satu, kita, sama-sama berjalan di jalan yang penuh bara.

Hari-hari menuju seribu adalah hari-hari yang penuh dengan rindu. Kerinduan-kerinduan, saling terpilin, seperti tali-temali serabut yang memilin menjadi kokoh dan kencang yang bahkan mampu menahan kapal-kapal tongkang. Kerinduan juga seperti serabut tipis, yang mampu dipilin menjadi sesuatu tekad yang akan mampu mengikat apapun, ataupun engkau burai dia, cuma menjadi serabut tipis, yang akan lapuk dan cepat putus. Memilin kerinduan adalah keputusan.

Baca Selengkapnya