Kerinduan yang bagaimana jikalah semua telah ada di depan mata. Ketika semua tabir-tabir hati telah terbuka, dan keduanya telah saling memahami apa yang dirasa. Ketika Layla telah menerima Majnun dan begitu pula sebaliknya. Ketika Hawa telah berdiri di samping Adam. Ketika satu hembusan napas menjadi satu kesatuan. Namun saat itu kerinduan tetap hadir. Kerinduan yang bagaimana?
Aku selalu merindukan dia. Walau tidak sepatah mungkin terucap. Atau ketika beribu ucap tentang kerinduan hadir. Saat itu, kerinduan tetaplah ada. Tidak berkurang, bahkan semakin menjadi.
Aku ingat, dulu pernah ada sebuah cerita tentang kerinduan yang diibaratkan sepenuh lautan dan samudera, dan yang mengalir dari ucap adalah seperti apa yang menetes dari jarum yang dicelupkan ke dalam lautan, dan sebutir tetes itulah kerinduan yang hadir dari semua ucap. Lainnya, tetap menjadi lautan yang berisi palung-palung yang teramat dalam.
Bidadari ketiga. Sungguh aku rindu.