Puzzle Manusia

Puzzle Manusia
source: pipitskulls.blogspot.com

Bagaimana seorang manusia dinilai? Apakah sebagai sebuah fragmen, atau sebagai satu kesatuan yang seutuhnya. Sebuah kumpulan tulang dibalut daging, berjalan dengan dua kaki, beberapa kali menggunakan otaknya, dan kita sebut mereka manusia.

Jujur. Semakin ke sini, ada rasa gamang yang menyelimutiku. Tentang cara pandangku dalam memandang makhluk bumi yang orang-orang sebut manusia. Atau, kegamanganku ini menjadi pertanda, sudah semakin rusaknya otakku bekerja dalam melihat segala hal. Segalanya.

Di sekelilingku hadir begitu banyak rupa manusia. Dan syukurnya, pandanganku tertutup untuk melihat segala hal tentang aib yang ditanggung mereka. Membuatku lebih mudah tersenyum untuk segala manusia yang hadir dalam seluruh kehidupanku. Siapapun itu.

Mata-mata yang aku pandangi, selalu berubah-ubah. Terkadang dalam diri mereka ada bersemayam iblis yang hendak dimuntahkan, dan sebagian ada yang bergelut dengan setan-setan yang menarik keras leher-leher mereka. Seperti budak-budak yang berjalan dalam gurun yang terik. Panas, letih, segala hampa yang bersemayam di dada, tidak mampu membuat mereka berontak. Seperti wadah yang kosong, cuma ada himpunan nol.

Baca Selengkapnya

Tahun Baru dan Perubahan

Mereka yang bijak tidak perlu tahun baru untuk berubah

— Muhammad Baiquni —

Tahun Baru 2014
sumber: flickr.com

Seorang teman berkata, dia akan mulai berubah, nanti, tepat setelah letusan pertama kembang api tahun baru ini diledakkan. Ketika riuh terompet di tengah malam pergantian tahun dibunyikan. Saat orang berteriak “HAPPY NEW YEAR!“, ketika mereka bersorak, berlompat, berpelukan. Atau boleh jadi, ketika beberapa orang lebih nyaman menyewa hotel dan melalui tahun baru bersama pasangan. Saat itulah teman saya akan berubah. Demikian janjinya.

Saya menyeringai saat itu. Apakah harus menunggu pergantian tahun untuk berubah? Terkadang kita menjawab: IYA. Butuh momen, seperti butuhnya kita terhadap batu pijakan untuk melompat. Tetapi, tidak harus selalu.

Mereka yang bijak tidak butuh momentum untuk berubah. Setiap detik adalah momentum mereka agar berubah. Begitu menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, mereka akan terus melakukan perubahan. Begitu seterusnya, hingga segalanya berjalan mendekati sempurna.

Baca Selengkapnya

Harga Sebuah Kedipan Mata

Berapa nilai dari sebuah kedipan mata?

mata
sumber: peperonity.com
Dari sejuta anak yang terlahir, dua diantara mereka menderita sindrom Moebius. Mereka terlahir tanpa mampu menggerakkan otot wajah secara sempurna. Bahkan tidak mampu mengedipkan mata.

Untuk melembabkan mata — karena tidak mampu berkedip — mereka harus menggerak-gerakkan bola mata. See, bahkan mengedipkan mata adalah salah satu nikmat Allah yang harus kita hargai. Jadi, mengapa kita terus-menerus alpa?

Sampai-sampai Tuhan bertanya, “Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Baca Selengkapnya

Kemana Engkau Bawa Ilmumu?

Mungkin takdir. Entah mengapa aku lebih memilih membuka browser melihat tulisan mereka tentang Islam daripada belajar Mekanika Fluida atau Termodinamika. Aku melihat bagaimana mereka menulis, dan itu berarti juga bagaimana proses berpikir itu terjadi. Aku menebak-nebak, apa sebenarnya mereka.

Berbicara Islam. Mereka berbicara Islam dengan nada tinggi. Penuh referensi dan keilmuan. Lantas aku bertanya, apakah itu semua bermakna dengan keimanan yang ada di hati mereka?

Kata mereka, seharusnya Islam itu begini, Islam ini begitu. Lantas, apa yang terjadi dengan ke-Islam-an mereka sendiri. Islam yang ada di dalam hati mereka.

Bukannya aku melarang engkau para sahabat untuk membaca. Bukannya aku melarang engkau untuk menutup semua buku. Aku tidak akan pernah mampu melarang seseorang untuk terus memperbaharui keilmuannya. Namun, aku hanya bertanya apakah pengetahuan itu yang nanti akan engkau pertanggungjawabkan itu berarti bagi hatimu?

Ilmu itu, akan membuatmu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan atau malah menjauhkan.

Baca Selengkapnya