ArieL FX: blog kmu napa ben?
baiquni: baiquni.net
baiquni: bang
baiquni: mo nanya
baiquni: bole ga
ArieL FX: iiah
ArieL FX: apa itu?
baiquni: dewasa itu gmn seh bang
ArieL FX: hahah
ArieL FX: itu susah definisikannya
ArieL FX: hnya org lain yg bisa menilai
ArieL FX: bukan diri kita sendiri
baiquni: kalo menurut abang
ArieL FX: dewasa itu ada pola berpikir yg matang
baiquni: kalo mnenurut abang
baiquni: beni dewasa ga
ArieL FX: ga
baiquni: abang liatnya darimana
ArieL FX: cara kamu berpikir
ArieL FX: yg kamu tuangkan lewat blog
baiquni: dari sana bisa dilihat ya bang
baiquni: mang ketidak dewasaan beni kelihatannya gmn
ArieL FX: yupz
baiquni: abang liatnya gmn
baiquni: beni sedang mencari arti dewasa bang
baiquni: beni pengen dewasa
ArieL FX: gag bisa di cari itu
ArieL FX: itu hanya org lain yg bisa mendefinisi dan mendeskripsikannya
ArieL FX: gag individual
baiquni: hmm
baiquni: kira2 cara orang mandang shingga bilang beni ga dewasa itu dmn bang
baiquni: dmna letak salah beni
ArieL FX: terlalu possesif
baiquni: possesif maksudnya
ArieL FX: google. posessif
lalu aku mencari di google arti dari posesif. POSESIF sering dikategorikan sebagai rasa tidak percaya diri dan tidak yakin diri, sehingga saat ada yang mencintainya dan mau menerima dirinya sebagai pasangannya, maka dia akan menguasai pasangannya karena selalu diliputi ketakutan kehilangan rasa cinta pasangan.
Kalau dirunut ke belakang, sepertinya memang aku ini posesif. Aku takut jika pasanganku pergi, makanya aku memberikan dia yang terbaik (yang kuanggap terbaik). Walau terkadang seseorang akan merasa begitu terkekang dengan keadaan yang seperti itu.
Posesif muncul ketika sikap “perhatian” dinilai berlebihan, baik oleh lawan pasangan atau oleh lingkungan. Perbedaan dengan over protective adalah konteks relasinya, dimana over protective lasimnya ada dalam relasi antara anak dan orang tua. Sikap ini berpotensi muncul di awal-awal masa pacaran sebagai bentuk usaha untuk memaknai rasa “saling memiliki”. Trauma atau pengalaman buruk di masa berpacaran yang sebelumnya dapat memicu muncul dan berkembangnya sikap posesif. Misalnya, pengalaman dikhianati atau ditinggal selingkuh pasangannya. Karenanya, ybs menjadi posesif dengan harapan pengalaman traumatis di masa lalu tidak berulang kembali. (Sumber: http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=7&id=4120)
Saya tidak mengatakan bahwa orang yang posesif adalah orang yang tidak mengasihi. Saya percaya bahwa orang yang posesif sanggup mengasihi dan memang kerap kali semua tindakannya keluar dari kasihnya yang besar. Saya pun mahfum bahwa kasih dalam kadarnya yang tinggi cenderung berubah menjadi tali yang mengikat objek kasih. Saya kira masuk akal apabila kita takut kehilangan orang yang kita kasihi karena kita bisa membayangkan betapa susahnya hidup tanpa kehadirannya. (Sumber: http://www.sabda.org/c3i/artikel/isi/?id=635&mulai=45)