Kita pernah duduk bersama tanpa meja bangku
Dalam percakapan ringan tanpa buku-buku yang kaku
Lambat laun setelah waktu itu, aku tahu kaulah masa depanku
Aku menemukan cahaya dalam matamu
Ia menyelinap kuat bagai api yang terus diramu
Sampai di ujung malam, mimpimu dan mimpiku bertemu
Akulah lelaki yang tersusun dari tulang belulang
Yang satu di antaranya menghilang
Sampai engkau membawanya pulang
Sumber: http://giewahyudi.com/tentang-pertemuan/
Ketika membaca puisi ini dari blognya mas Giewahyudi, aku merinding. Terutama pada kata-kata terakhirnya itu, aku merasa kuat sekali penekanan bahasanya. Sungguh, aku juga pengen buat puisi seperti ini, sederhana namun begitu terasa. Seperti puisi Sapardi tentang Cinta.