Tentang Aku Hari Ini

Surat Untuk Cintaku

Itu adalah salah satu tulisanku yang ternyata banyak diambil orang. Surat itu ku buat untuk Sang Puteri dahulu tapi tidak pernah kukirimkan kepadanya. Surat itu kubuat saat imanku masih tetap tegar berdiri dan tidak seperti sekarang ini yang carut-marut.

Aku sendiri tidak menyangka bahwa banyak orang mengambil tulisanku tentang itu. Aku yakin, pasti mereka mengambilnya dari website dudung.net karena ke sanalah aku postingkan tulisanku tentang Surat Untuk Cintaku itu.

Aku sendiri tahu bahwa tulisanku dengan judul Surat Untuk Cintaku itu diambil banyak orang saat mencarinya melalui google. Ada yang mencantumkan sumbernya ada juga yang tidak.

Tadi malam waktu haloqah, aku cerita ke Bang Pikar tentang Nidya yang konsultasi kepadaku tentang murabbinya yang baru. Waktu aku katakan bahwa Nidya adalah wanita, semua anggota haloqah langsung Grrr… (aku seh cuek aja)

Padahal niatku menceritakan tentang kondisi liqo Nidya doank. Tapi waktu lagi grr… nya masyarakat haloqahku itu, aku nyeletuk “Jangan pikir yang macam-macam” trus Bang Pikar ngomong, “Abang masih percaya kok dengan Baiquni.”

Hehehehe… aku cuma bisa nyengir.

Tentang solusi permasalahaan si Nidya, Bang Pikar ngomong “Masalah itu bisa diselesaikan dengan orang yang bersangkutan langsung. Tidak bisa dengan orang lain seperti Baiquni. Kalau dia menceritakan masalahnya ke Baiquni maka masalah itu tidak akan pernah selesai-selesai. Mungkin saya masalahnya A tetapi yang terceritakan adalah B. Coba katakan kepadanya bahwa berbicara langsung dengan murabbinya yang baru, agar murabbinya bisa mengerti. Agar tercipta haloqah yang baik (aku lupa istillah arabnya).”

“Tapi bang, dia kan belum 1 tahun lagi dalam tarbiyah. Takutnya nanti dia akan meninggalkan tarbiyah jika berhadapan dengan murabbinya yang baru itu.” Aku coba membela.

“Ya berarti itu takdir dia.” Jawab Bang Pikar.

Aku rasa seh Bang Pikar ada benarnya juga, walo sepertinya hari ini jawabannya ga terlalu seperti yang kuinginkan. Tapi aku tetap terima, toh ilmu Bang Pikar lebih baik daripada ilmuku. Biasanya Bang Pikar dimataku lebih demokratis dan diplomatis. Lebih open minded.

Aku juga baru tahu, nanti setelah pemilu Bang Pikar mau lanjut S2 ke Ilmu Politik UI. Duh, aku nanti digantikan sama siapa yang murabbinya, padahal udah enak haloqah dengan Bang Pikar.

Mungkin ini menjadi suatu pertanda aku harus cepat-cepat berubah. Kondisiku ini harus benar-benar diubah atau bisa-bisa aku benar-benar menjadi kiri.

Ahhh… pusing dah! PUSING