Memelihara Luka

Harusnya aku menangis. Paling tidak ikut bersedih dan saling berbagi air mata. Tetapi nyatanya aku malah tertawa.

Memelihara Luka
sumber: ikoelike.blogspot.com
Ini bukan ceritaku yang aku tertawakan, namun tentang seorang perempuan yang sudah aku anggap sebagai adikku sendiri. Antara kasihan dengan penderitaannya atau malah tertawa karena kebodohannya. Ironi memang, karena sesungguhnya kebodohan adalah sesuatu yang sewajarnya ditangisi, namun jika tetap dipelihara, lebih baik kita ikut tertawa saja.

Aku tidak tahu berapa tahun dia masih menyimpan cinta. Tentang laki-laki yang masih diingatnya padahal dia sudah berkali berganti lelaki dan sang pria pun terhitung sudah 5 (lima) kali berganti wanita. Dan entah mengapa, aku menganggap perempuan yang aku anggap adikku itu sebangsa tolol. Sang lelaki beralasan tidak akan berpacaran 2 (dua) kali dengan wanita yang sama. Nah! Di sini aku melihat ketololannya. Jelas, itu sebangsa alasan yang diucapkan para pria yang sibuk mencari wanita, pria yang sudah puas cukup sekali dan ingin mencoba yang lainnya. Sebangsa, lelaki yang adikku cintai itu adalah seorang playboy. Itulah duga dan anggapanku sekarang.

Baca Selengkapnya

ABC Negeri Cinta

Kerinduan yang bagaimana jikalah semua telah ada di depan mata. Ketika semua tabir-tabir hati telah terbuka, dan keduanya telah saling memahami apa yang dirasa. Ketika Layla telah menerima Majnun dan begitu pula sebaliknya. Ketika Hawa telah berdiri di samping Adam. Ketika satu hembusan napas menjadi satu kesatuan. Namun saat itu kerinduan tetap hadir. Kerinduan yang bagaimana?

Aku selalu merindukan dia. Walau tidak sepatah mungkin terucap. Atau ketika beribu ucap tentang kerinduan hadir. Saat itu, kerinduan tetaplah ada. Tidak berkurang, bahkan semakin menjadi.

Aku ingat, dulu pernah ada sebuah cerita tentang kerinduan yang diibaratkan sepenuh lautan dan samudera, dan yang mengalir dari ucap adalah seperti apa yang menetes dari jarum yang dicelupkan ke dalam lautan, dan sebutir tetes itulah kerinduan yang hadir dari semua ucap. Lainnya, tetap menjadi lautan yang berisi palung-palung yang teramat dalam.

Bidadari ketiga. Sungguh aku rindu.

Baca Selengkapnya

Laskar Patah Hati

Lama aku tak menulis cerita cinta. Kadang, menurut pendapat beberapa orang yang membaca blog ini, jika aku telah menulis cerita cinta, entah itu kesedihan atau apalah, mereka merasa terhanyut dan seperti merasakan apa yang aku rasakan.

Kalau kulihat, tulisanku jarang melakukan ekspolarasi bahasa dan bahkan terlalu verbal. Aku mendikte perasaanku kepada para pembaca, memaksa mereka merasakan apa yang kurasakan dan tidak membuat mereka hanyut dalam lambaian kata-kata. Tapi entahlah, toh yang mampu menilai secara universal adalah pembaca.

Laskar patah hati.

Percaya atau tidak, banyak di dunia ini lelaki yang menjadi prajurit kalah perang. Mereka adalah lelaki-lelaki yang tertusuk hatinya lantas patah. Asa mereka menggelepar. Hati mereka hancur berkeping. Lutut mereka bergetar. Mata menangis. Mereka patah hati.

Aku pernah menjadi bagian dari mereka dan bahkan hampir selalu. Untuk urusan cinta, aku memang selalu kalah, sampai saat ini. Kalau ibarat, aku ini seperti keledai dengan kelamin jantan. Sosok yang selalu jatuh pada lubang yang sama. Lubang itu bernama cinta.

Baca Selengkapnya

Lelaki dan Cinta

Lelaki itu nge-BUZZ Yahoo Messenger ku. Aku kira ada apa, mungkin kami akan membangun topik lagi tentang pergerakan-pergerakan Islam, atau tentang sikap kritis dia mengenai partai yang menginjak ranah kampus akhir-akhir ini. Atau tentang Tarbiyah dan masa depannya.

Ternyata tidak. Kali ini kami berbicara tentang cinta.

Lelaki itu sedang jatuh cinta, sekaligus patah hati. Wanita yang dia cintai juga ternyata aku mengenalnya, seorang wanita yang memang kuanggap baik, kritis, cantik, dan agak manja. Wanita itu bernama… ah sudahlah, tak perlulah ku sebut namanya. Biarkan waktu memainkan peran sebagai penjaga rahasia yang baik, hingga jika tiba waktunya semua akan terungkap dengan indah.

Kadang aku merasa lelaki itu patetik, sama sepertiku. Selalu tersungkur, terjungkal, dan kalah oleh cinta. Dan sekarang, dia mencoba-coba bermain api.

“Apa yang membuatmu menyukainya?” Tanyaku suatu ketika.

“Dia berbeda Ben,” jawab lelaki tersebut. “Tidak seperti wanita pada umumnya. Dia surfive. Dia kritis. Dia memiliki hidup. Dia memiliki jiwa.”

Baca Selengkapnya

Benci Benci Benci

jangan heran
bila langitmu malam ini tanpa bintang
telah ku telan semua bintang
dan bahkan hitam telah hilang

kau tak ada
aku tak berarti
jangan pernah ada bayang lagi,
walau setitik elektron yang menjalari sel abu-abu

kamu hilang
aku terbakar ilalang
sudah cukup…
cukup sudah…
kita bermain dengan api dan benci
lebih baik ku pergi menghilang
atau kau mati saja, lalu hilang tertelan bumi

benci benci benci
sepenuh aku benci
kepadamu
sepenuh aku cinta juga kepadamu

lebih baik kamu pergi, atau aku yang mati
tapi lebih baik kamu mati lalu aku pergi
sehasta menjauh, sedepa lari, pergilah jauh hingga mataku buta
dan bayangmu sirna

cukup cukup cukup
aku mencintaimu
sekarang kisah baru kita dibentangkan
episode baru
AKU MEMBENCIMU