Rambu Jalan

Tipe Kehidupan

Ada dua tipe kehidupan. Pertama, berjalan seperti bidak catur dan kedua, berjalan seperti layaknya air yang mengalir. Mungkin ada tipe lainnya, namun secara garis besar aku menangkap dua tipe ini. Jika ingin lebih terdengar hebat, maka gunakan istilah liberal terhadap tipe pertama dan fatalis untuk tipe kedua.

Aku pribadi cenderung merasa bahwa kehidupan adalah sesuatu yang begitu cair. Ada banyak tangan tak terlihat yang menuntunku. Rasanya, seperti menaiki kereta api, telah ada rel untuk setiap pilihan tujuan.

Bertolak belakang dengan pendapat seorang teman, baginya kehidupan adalah kehendak bebas tanpa campur tangan Tuhan. Manusia adalah penentu dari segala kebijakan. Alasannya logis, karena tidak mungkin Tuhan akan menghukum manusia jika mereka cuma mengikuti takdir yang mendorong. Bukankah Tuhan itu Mahaadil?

Baca Selengkapnya

Teka-teki Kehidupan

Hidup Serupa Teka-teki

Teka-teki Kehidupan
sumber: http://istanainspirasi.files.wordpress.com/
Kadang saya suka kebingungan, ling-lung, bahkan tak jarang harus K.O sampai limpung. Yah, saya bisa seperti itu saat memaknai tentang apa rahasia Tuhan dalam setiap jejak langkah saya dalam kehidupan.

Jujur, saya pernah berada dalam kondisi sangat tertekan pada suatu ketika, di tengah kegelapan malam saya menangis sejadi-jadinya. Luar biasanya, saya menangis bukan di rumah melainkan di sebuah penginapan di kota Medan. Saya merasa kali ini Tuhan tidak adil. Dia melambungkan saya ke tempat paling tinggi, seolah-olah satu doa terkhusus saya telah dikabulkanNya. Satu keinginan yang paling saya harapkan, namun Dia campakkan itu dengan sia-sia. Saya menangis ketika itu.

Saya bertanya kepadaNya dengan lirihan seorang hamba, “Tuhan, bukankah saya meminta bukan karena hasrat saya pribadi? Tetapi lebih kepada salah satu cara agar saya menghindari dosa?

Malam itu, jemari saya bergetar seirama gemuruh yang meledak-ledak dari dalam dada. Dada saya kembang-kempis dengan begitu sempurna. Seluruh oksigen yang saya hirup, saya keluarkan pula seutuhnya. Tak ada yang disimpan. Tak ada yang ditinggalkan. Dan berlahan, lidah saya mulai merasa asin oleh air mata yang deras tumpah.

Itu adalah salah satu episode saat saya merasakan apa yang manusia bumi sebut dengan keputusasaan.

Baca Selengkapnya

Karena Engkau Berharga

Di kesepian malam, entah mengapa jemari tanganku terus tergerak. Di antara berbagai jejaring yang kutelusuri, aku mengingat satu nama. Sebuah nama yang bagiku begitu berharga.

Aku mengetikkan www.google.com kemudian aku mengetikkan namanya. Sebuah nama yang terus menjajah alam pikirku selama ini, sebuah nama yang mampu membuat aku merenung hingga pagi berganti, sebuah nama khayal yang kutahu tak akan mampu kugapai. Bidadari ketiga.

Aku mengetik namanya. Aku menunggu. Google memberiku hasil, sederetan kunjungan persinggahannya di dunia maya, atau berderet-deret namanya di website yang memberitakan tentang dia.

Dia sama sepertiku, tidak menggunakan kekuatan anonymous di dunia maya. Aku melihatnya mengetikkan nama-namanya secara utuh, melihatnya memberikan email dan akses bagaimana cara menghubunginya. Aku tersenyum dengan semua itu, betapa utuhnya kami memiliki sifat yang sama. Aku seperti bercermin. Aku melihat aku dalam dirinya.

Baca Selengkapnya