Hampir-hampir aku tidak berani melihat kaca. Jika aku memaksa, ada sesuatu di baliknya yang lagi belum aku ceritakan kepada kalian. Tentang lelaki berlumpur, badan penuh kusta, taring yang mencuat diantara bibir yang tidak mampu dikatupnya. Ada monster di setiap cermin yang ada.
Berkali aku menolak. Itu bukan aku! Aku bukan monster menjijikkan yang hadir di balik setiap kaca. Tapi, berkali pula negasi datang daripadanya: “mengapa kau lupa aku, bahwa kita adalah sama!”
Manusia-manusia mungkin tak akan melihat seperti purwarupa yang aku lihat. Sosok yang mungkin mereka anggap imaji. Sosok yang tidak pernah ada namun terus aku reka. Berbagai psikiater mungkin akan menganggap aku seorang dari banyak pengidap skizofrenia. Bahwa aku telah gila!
Adakah cermin yang mampu menipu? Tanyaku suatu ketika entah pada episode kapan yang selalu aku lupa.