Kepada seorang bidadari, aku telah memberikan janji seribu hari. Kelak, dalam waktu itu aku akan belajar menegakkan punggungku untuk berdiri. Tidak cuma menjadi seseorang yang telah mampu mencukupi kebutuhan nalurimu, tidak cuma untuk kebutuhan sandang, pangan, dan papanmu. Namun, aku berjanji untuk tegak berdiri, juga berarti menjadi seseorang yang menuntun batinmu. Menjadi satu, kita, sama-sama berjalan di jalan yang penuh bara.
Hari-hari menuju seribu adalah hari-hari yang penuh dengan rindu. Kerinduan-kerinduan, saling terpilin, seperti tali-temali serabut yang memilin menjadi kokoh dan kencang yang bahkan mampu menahan kapal-kapal tongkang. Kerinduan juga seperti serabut tipis, yang mampu dipilin menjadi sesuatu tekad yang akan mampu mengikat apapun, ataupun engkau burai dia, cuma menjadi serabut tipis, yang akan lapuk dan cepat putus. Memilin kerinduan adalah keputusan.