sufi

Menjadi Gila

Aku merasa ketakutan. Aku takut temanku akan menjadi seperti aku yang dulu. Mereka yang mencintai Tuhan lantas menjadi gila. Ya, mereka yang gila ketika merasa bahwa dirinya dan Tuhan adalah sama. Seperti Al-Hajjah dengan “Ana Al-haq“-nya.

Kepadanya berkali-kali aku ingatkan. Berhati-hatilah menempuh jalan yang itu. Jalan yang mudah membuatmu tersesat dan menyesatkan. Bahkan, seperti aku yang dulu, yang bahkan tidak menyadari kesesatan itu sendiri. Mereka yang berpikir tentang Tuhan sebagai tujuan dan mulai melupakan jalan. Mereka yang percaya, bahwa ada banyak jalan menuju Tuhan. Tentang Tuhan yang tidak akan bertanya, dari jalan mana engkau menempuh. Tuhan yang abai, apakah engkau datang dari api atau dari berhala. Atau dengan sujudmu walau engkau berkata bahwa dia adalah yang bertiga.

Mereka yang berbicara tentang cinta. Dan sungguh engkau melihat mereka datang dengan cahaya dan air yang ada pada kedua tangannya, padahal sesungguhnya yang mereka bawa adalah api. Yang akan membakarmu tak bersisa. Yang akan meninggalkanmu dalam ronta. Mengikat lehermu, lantas menuntunmu menuju neraka.

Pernahkah engkau mendengar, tentang mereka yang telah berhasil disesatkan. Orang-orang yang menjadi engan berdiri, ruku, dan sujud. Bagi mereka, rapalan nama Tuhan telah sangat cukup. Bahwa mereka telah berada di atas tempat paling tinggi, di mana segala bentuk sujud menjadi nisbi. Atau tentang mereka yang menolak lapar, dan memasukkan segala bara ke dalam perut. Atau orang-orang yang berjalan di sisi jurang.

Baca Selengkapnya

Kemana Engkau Bawa Ilmumu?

Mungkin takdir. Entah mengapa aku lebih memilih membuka browser melihat tulisan mereka tentang Islam daripada belajar Mekanika Fluida atau Termodinamika. Aku melihat bagaimana mereka menulis, dan itu berarti juga bagaimana proses berpikir itu terjadi. Aku menebak-nebak, apa sebenarnya mereka.

Berbicara Islam. Mereka berbicara Islam dengan nada tinggi. Penuh referensi dan keilmuan. Lantas aku bertanya, apakah itu semua bermakna dengan keimanan yang ada di hati mereka?

Kata mereka, seharusnya Islam itu begini, Islam ini begitu. Lantas, apa yang terjadi dengan ke-Islam-an mereka sendiri. Islam yang ada di dalam hati mereka.

Bukannya aku melarang engkau para sahabat untuk membaca. Bukannya aku melarang engkau untuk menutup semua buku. Aku tidak akan pernah mampu melarang seseorang untuk terus memperbaharui keilmuannya. Namun, aku hanya bertanya apakah pengetahuan itu yang nanti akan engkau pertanggungjawabkan itu berarti bagi hatimu?

Ilmu itu, akan membuatmu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan atau malah menjauhkan.

Baca Selengkapnya