Aku bukan pria yang baik. Aku tidak putih namun tidak juga hitam. Aku tidak berada di kiri namun bukan berarti aku ada di kanan. Aku di tengah-tengah. Aku, lelaki abu-abu.
Temanku pernah mendebatku tentang ini. Katanya, ”Ben, tidak ada yang namanya kaum tengah. Yang ada adalah kiri atau kanan, kebaikan atau keburukan. Nanti jika dihisap kelak, cuma ada dua pilihan; surga atau neraka dan tidak ada yang ditengah-tengah.”
Temanku benar, tak ada yang di tengah. Kaum tengah tidak pernah memiliki ruang, abu-abu bukanlah warna, dia tidak pernah memiliki tempat. Namun, terkadang aku mendebatnya, ”Bukankah Islam itu pertengahan? Yang tengah antara Yahudi dan Nasrani. Yahudi yang begitu kaku atau Nasrani yang terlalu asih. Islam adalah jawaban dari kesempurnaan. Sebuah jalan tengah bagi umat manusia.”