Sang Warna merupakan sandi yang kuberikan seperti sandi-sandi lain yang pernah kutancapkan kepada orang-orang yang telah melukis namanya dihatiku ini. Seperti sandi MRN, sang puteri, taman surga, atau bidadari.
Mengapa harus Sang Warna? Karena aku tidak mengetahui siapa namanya.
Aku menyebutnya sesuai dengan warna jilbab yang dipakainya pada hari itu. Terkadang aku menyebutnya si hijau lumut, si hitam, si putih, si merah hati, atau si coklat.
Aku bertemu dengannya saat awal kerja praktek (KP) di Arun LNG. Dia peserta magang di sana, telah lebih awal dariku. Dia menjemput kami di balik gerbang Arun yang kokoh, bagai seorang bidadari yang menjemput kami dari balik-balik pintu surga. Aku terpesona.