Beberapa waktu yang lalu saya baru tahu jika ternyata call center itu tidak memiliki hubungan langsung dengan Operator Telekomunikasi. Call center adalah out sourcing yang direkrut oleh pihak ketiga (third party). Orang-orang yang bekerja sebagai call center disebut dengan Call Representative.
Mengetahui hal itu, saya menjadi menyesal pada beberapa waktu yang lalu saya pernah begitu marah dengan call center yang bekerja dengan lamban serta tidak mampu menyelesaikan masalah saya sepenuhnya. Saya masih menganggap mereka merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari provider telekomunikasi yang saya gunakan.
Kawan baik saya bekerja sebagai call center. Dia mengeluhkan betapa tingkat stress di call center itu sungguh tinggi. Hampir setiap hari dibuka lowongan untuk menjadi call center karena ada saja yang keluar setiap harinya, begitu juga yang masuk setiap harinya. Betapa ketatnya peraturan di call center dan selalu ada punishment dibandingkan reward yang berlaku.
Setiap call center harus berjualan (biasanya kalau kita menelepon call center pasti setelah diakhir kita akan ditawari apakah itu NSP atau pengaktifkan GPRS atau internet), biasanya ada minimal yang dipatok atau mungkin istillahnya break event point setiap bulannya untuk setiap call representative. Kawan saya bilang, dia dipatok harus mampu menjual sekitar 300rb per bulan. Jika hal tersebut tidak mencapai target, maka akan ada bimbingan lanjutan (sejenis punishment) dari pihak perusahaan.