Saban hari, ingatan-ingatanku tentangnya semakin melekat. Ya. Hampir tanpa jeda kepada dia yang aku sebut istimewa. Terkadang ketika aku membuka email, aku cuma ingin melihat log kunjungan dia ke tiap halaman di websiteku ini.
Kadang ketika malam tiba, aku pun membuka Yahoo! Messenger-ku lebih lama cuma ingin melihat namanya ada. Terkadang aku membiarkannya, tidak menyapa, karena aku mencoba untuk mengerti betapa sibuknya dia dengan segudang kegiatannya. Cukup hanya melihat nama, hatiku sudah dingin dibuatnya.
Di dalam keheningan, kerinduan tentangnya semakin saja hebat dan berkelebat. Rasanya, 1000 hari yang aku janjikan kepada diriku sendiri terlalu lama datangnya. Aku berusaha membangun pondasi-pondasi punggungku. Aku memang salah. Teramat lalai dalam hidup, membuatku lupa bahwa kelak aku akan hidup sebagai seorang lelaki dewasa yang harus memikul tanggung jawab juga kiranya.
Tidak kawan. Menegakkan punggungmu bukan berarti cuma menyumpal mulut kekasihmu dengan uang, dengan harta, atau ransum. Ini tidak cuma persoalan memberikan nafkah lahir dan batin. Ini bukan persoalan cuma membiayainya hidup. Toh, bayi yang baru lahir pun tidak akan kelaparan karena rezekinya memang telah ditetapkan dan jika Tuhan berkehendak pun, yang baru terlahirkan juga akan mati.
Menegakkan punggung lebih berarti memahami konsepsiku sebagai seorang lelaki. Seutuhnya. Mendewasakan diriku dan bagaimana kelak aku akan memberi jalan kepada kekasihku, bersama-sama mencari kecintaan Tuhan. Bersama-sama kami membangun jalan-jalan menuju surga walau itu penuh dengan bara. Dan itu tidak mudah.
Walau aku sadari. Jujur. Kerinduan akannya semakin hebat saja. Tetapi aku berusaha menahan. Berkelakar dengannya, walau barang sejenak sudah membuat aku cukup bahagia. Atau ketika dia menceritakan tentang kisah-kisahnya yang memang selalu ingin kudengar.
Aku mencintai seorang perempuan yang sederhana. Yang jujur apa adanya.
Lekatan-lekatan tentang ingatan menumpuk. Saling berbalut menjajah otak-otakku. Tiap simpul menceritakan tentang kerinduan. Simpul yang lain bercerita tentang cinta serta keinginan. Simpul-simpul yang membentuk himpunan, saling bertumbuk, membentuk satu irisan: namamu, yang aku sebut istimewa, bidadari ketiga.