Sebuah Garis Lurus

Hampa
Sumber: kerangrebus.com

Seseorang yang aku cintai di dunia ini terkadang bertanya, mengapa aku sudah jarang menuliskan lagi sebuah lagu kehidupan seperti yang dulu-dulu di dalam blogku ini. Dengan berkelakar, aku selalu menjawab: tak ada lagi yang perlu aku tuliskan. Segalanya telah sempurna sejak engkau hadir dalam hidupku.

Aku memang jarang melirik lagi blog ini. Cuma sesekali aku melihatnya. Bayangkan, aku pribadi saja telah malas melihat blog ini, apalagi mereka yang lain? Terkadang aku merasa capek. Terlalu lelah dengan segalanya.

Sudah beberapa hari ini aku merasa begitu datar. Bahkan ketika aku tidak bisa menjawab semua soal UAS (Ujian Akhir Semester) dengan sempurna, aku tidak merasakan apapun, tidak juga kesedihan. Aku merasa datar saja. Teramat datar. Seperti sebuah garis lurus sempurna. Seperti melihat sebuah osiloskop tanpa ritme dan gelombang. Yang terpampang cuma garis datar tanpa akhir.

Kepada seseorang aku katakan sebuah kejujuran: aku merasa hampa sekali. Kekosongan yang tiada akhir. Dan ironi, bukankah dulu ini yang aku cari. Sebuah perasaan kosong tanpa mengenal cinta, suka, bahagia, rasa sedih, dan seluruh nestapa juga nelangsa. Bukankah ini yang selama ini aku cari?

Dan dia — temanku — menjawab: mungkin Tuhan sedang akan mengisinya dengan seluruh kebaikan.

Tadi sore, aku ke PVJ untuk menonton film Doraemon, namun sayang sekali sold out. Akhirnya, aku dan temanku memutuskan berjalan berkeliling. Tidak biasanya PVJ ramai seperti ini, mungkin weekend. Saat itulah aku melihat manusia-manusia, dengan segala bentuk-ragam-macamnya. Sesekali waktu aku bertanya, apa yang sedang mereka rasakan? Apakah juga rasa datar yang sama seperti yang aku alami. Tetapi sepertinya tidak, kebanyakan dari mereka aku melihat senyum yang terpancar, sebagian lagi dengan hati yang terkapar.

Aku tidak mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi padaku. Mengapa aku merasa begitu kosong, dan merasa dunia serta seluruh isinya ini adalah tanpa arti. Seperti melihat manekin-manekin yang mampu berbicara dan berjalan dalam sebuah toko yang bernama kehidupan. Tetapi, manekin tetaplah manekin.

Lantas aku pun menutup mata. Mencari, semoga saja di dalam dunia hitam pekat itu ada sebuah jawaban yang akan muncul. Namun, sesekali tidak. Tidak ada jawaban apapun di dalam negerti ini. Yang ada cuma aku, dan seluruh kosong yang melanda. Sebuah garis mahalurus: HAMPA.