Racun dan Madu

Jika saya memegang racun dan mengatakan itu madu, apakah substansi racun akan berubah menjadi madu?

Dengan tegas kita akan mengatakan TIDAK! Madu adalah madu. Racun adalah racun.

Tetapi tidak demikian. Banyak dari kita akan berikrar, itu adalah madu walau substansi sejatinya adalah racun. Demikianlah hidup ini yang terkadang serba tidak menentu. Dari suatu madu terkandung racun dan dari apa yang kita kira racun sesungguhnya adalah madu.

Racun-racun yang mulai menyebar sekarang ini rasanya lebih manis dari madu. Dan orang-orang yang berusaha membela keaslian madu dianggap sebagai mereka yang menebarkan racun.

Banyak orang-orang memiliki bibir semanis madu namun yang keluar dari bibir mereka adalah racun. Racun yang tidak membunuh badan, namun jiwa, hati, dan rasa ketuhanan. Kita sedang digempur oleh racun-racun yang diracik dengan warna, rasa, dan bentuk seindah madu. Inilah episode-episode watak negeri manusia ini.

Fakta-fakta dikaitkan paksa tanpa koherensi yang jelas. ”Manusia pintar” negeri ini sering melakukannya.

Analogi-analogi dicetuskan. Sekilas jika kita tidak mendalami, kita akan selalu mengangguk iya. Betapa pintarnya mereka mengkait-kaitkan suatu peristiwa dengan sesuatu yang lain, dan dicetuskanlah: INILAH MADU KEBENARAN.

Benarkah demikian?

Memberikan analogi-analogi yang dipaksakan untuk membenarkan suatu argumentasi. Betapa pintar “manusia pintar” negeri ini. Entah berapa orang terjebak dengan anal-logika yang mereka beberkan. Entah berapa banyak.

Aku pusing. Tulisan ini pun aku bingung hendak dimasukkan ke dalam kategori apa: racun atau madu?