Puisi Cahaya

Sudah lama tidak menulis puisi. Kalau seseorang yang suka puisi itu jarang membaca dan menuliskan puisi, maka ruh kata-katanya akan hilang atau sering manusia bumi katakan akan tumpul.

Jika engkau menyukai puisi, jangan berhenti dengan cuma menikmati atau membaca puisi. Tuliskan setiap puisimu, tentang napas yang berganti yang menemani hidupmu, tentang setubuh antara engkau dan Tuhan, juga tentang lintasan-lintasan waktu yang membuatmu mendekati kematian.

Adalah waktu. Dia yang terus bergerak, syahdan terinspirasi oleh seberapa cepat engkau berjalan bersama cahaya. Menurut seseorang, waktu akan terhenti ketika engkau bergerak dengan kecepatan sama seperti cahaya bergerak. Apakah memang demikian?

Aku menunggu mati
Terus menunggu, namun tak pernah pasti
Kata orang, mati itu adalah hak
Dan aku menunggu hakku tiba
Untuk bersegera bertemu dengan Yang Kuasa

Aku menunggu mati
Rindu di dalam dada sudah tidak berperi
Tentang janji pertemuan
Antara dua cinta suci
Aku dan Nya

Waktu tolonglah berhenti
Cahaya tolong reda
Aku tidak ingin diganggu
Pada pertemuan sakral
Saat kelak pintu dibuka
Tepat awal saat kematian tiba

Aku tidak peduli, entah surga atau neraka
Sungguh aku tidak peduli
Melihat wajah Nya
Surga tiada berperi, neraka aku tak ngeri
Cinta telah membakar segalanya
Tak ada yang lebih indah kecuali wajah Nya

Aku ingin mencintai dengan buta
Hingga, tidak ada wajah lain yang dapat aku terka
Tidak ada cinta lain yang aku sangka
Selain Dia Dia dan Dia
Nya yang Esa, tidak dua atau tiga
Nya yang cuma satu
Nya itu cinta