Nan tak kunjung reda. Bingung. Entah bagaimana aku terus memikirkannya saban hari. Ingin berhenti sejenak dari deburan cinta ini, namun dia seperti ombak di pepantai, tak kunjung surut, tak kunjung reda.
Aku mungkin bisa tersenyum. Aku tertidur. Aku membaca. Aku tersujud, namun hatiku tak mampu dipungkiri, selalu mengarah kepadanya. Aneh nian, tak pernah kami saling bertatap wajah, namun mengapa namanya mengalir di sekujur pembuluh nadiku.
Ingatkah dia tentangku? Apakah dirinya memikirkan aku? Adakah aku di dalam satu bait kehidupannya. Aku ingin dia memikirkan aku seperti aku memikirkan dirinya. Aku ingin dia juga tak reda, seperti aku yang tak kunjung reda.
Namanya kusebut dalam doa-doaku. Tuhan, ampuni aku yang sedang jatuh cinta. Tuhan, peliharalah kami, lindungilah kami, dan jagalah dia. Jangan biarkan cinta suci yang engkau tancapkan dihatiku ini menjadi salah satu jalan dosa. Tuhan, maafkan aku yang cuma manusia biasa. Tak mampu ku menahan hasrat cinta yang menggebu. Aku seolah tuli, buta, dan bisu.
Rindu. Sekujur tubuhku menggigil rindu. Rindu kepadanya, ingin rasa jumpa. Namun aku tak pernah punya berani di dalam dada. Aku yakin, bertemu dengannya akan membuatku menundukkan mata. Dia bagiku adalah sebaik-baik wanita. Walau terkadang sering aneh tingkahnya.
Nan tak kunjung reda. Entah sampai kapan. Kuharap jangan. Karena engkau berharga, maka akan kujaga. Bidadari ketiga.