Terkadang aku suka bingung sendiri, mengapa hampir tidak ada orang yang bisa mengerti aku 100% dalam artian yang sebenarnya. Semakin lama seseorang mengenal diriku semakin mereka kebingungan, semakin mereka pusing untuk memenuhi ego kepuasan mereka terhadap pribadi seseorang: baiquni selalu berubah, tak pernah terikat waktu.
Seorang teman pernah mendefinisikan aku dengan hanya memperhatikan foto-fotoku di Facebook atau Friendster. Namun begitu awal pertama dia mendengar suaraku, semuanya menjadi begitu aneh dan membuyarkan. Aku tak serupa seperti yang dikira.
Beberapa orang juga pernah memetakanku, menulis apa yang kusuka, kapan aku bertingkah seperti bukan diriku, dan waktu-waktu ketika segala sesuatu menjadi begitu berbeda. Lagi-lagi orang tersebut menemui jalan buntu, karena variabel yang ingin dia jadikan konstan tetap bergerak statis. Tak pernah memiliki nilai variabel yang sama, dan algoritma pemikirannya tersebut tentangku pun berubah. Untung saja dia tidak menjadi gila.
Lebih baik ku katakan sedari awal. Jangan pernah membacaku, nikmati saja diriku apa adanya. Tak perlu mengeja langkahku dan memahamiku dalam satu sisi rupa. Sungguh ada 1000 wajah yang dibenam dalam diri seorang Baiquni.
Baiquni yang alim. Baiquni sang iblis. Baiquni yang pemurah. Baiquni yang tanpa hati. Baiquni yang berjiwa sosial. Baiquni yang tega mengambil hak orang lain. Baiquni yang tak pernah geming dengan tangisan. Baiquni yang tak pernah mampu melihat orang lain kesusahan. Baiquni…
Dan jangan pernah bertanya kepada seorang Baiquni: “Sesungguhnya dirimu itu yang sesungguhnya seperti apa?”
Maka seketika itu juga dia akan menjadi semakin bingung dan tak mengerti. “Aku juga tak tahu siapa diriku sebenarnya, terlalu banyak topeng yang singgah hingga aku lupa dengan SIAPA AKU!”
Untuk itu, aku sedang mencoba untuk menghancurkan diriku ini. Proses penghancuran diriku sedang dimulai, namun teramat susah terlebih harus mematikan ego yang selama ini selalu berperan sebagai seorang Baiquni.
My self-destruction process is beginning…
Pernah aku bercerita kepada seseorang, “Aku ingin mati sebelum ruh ku hilang dari jasad ini.”
Atau ketika aku mengajukan sebuah pertanyaan sederhana, “Aku adalah Baiquni, namun jika aku terlahir dengan nama bukan Baiquni lantas siapakah aku? Masih tetapkah aku menjadi Baiquni. Jika aku bukan lahir dari rahim ibuku dan tidak tinggal dalam rumahku, masihkah aku menjadi Baiquni? Lantas siapakah Baiquni!”
Mata terpejam, bernafas pelan teratur. Kembangkan perut dan hembuskan dengan mulut. Trance. Lantas bertanya pelan: SIAPAKAH AKU?