Miskin itu ditentukan oleh negara!
Salah! Yang benar, miskin itu ditentukan oleh bank!
Lho, teori dari mana pula itu? Lah, ya benerlah bahwa kemiskinan itu ditentukan oleh bank. Orang-orang dengan rekening gemuk adalah mereka yang kaya, sedangkan indeks kemiskinan seseorang bisa dihitung dari seberapa tebal kantong rekeningnya di bank.
Aku adalah salah satu kaum marginal yang terkena proses kemiskinan oleh bank. Tabunganku terakhir dicek cuma berkisar Rp 190.000,- dan di kantongku cuma ada kurang dari Rp 200.000,- itulah kekayaan terkini seorang Muhammad Baiquni.
Sungguh, aku jatuh miskin bukan buatan.
Bulan belum lagi tua. Padahal, sisa duit jajanku bulan yang lalu masih banyak, tetapi harus tergerus semuanya ditambah dengan duit jajanku bulan ini. Sungguh, ekonomi makro Indonesia sedang diambang kebangkrutan ditilik dari kekayaan perekonomian kantong seorang Baiquni. Indonesia sedang sekarat!
May day !!! May day !!! Sorry, ini bulan Agustus, bulan kemerdekaan. August day !!! Mari kita canangkan sebagai hari kemiskinan seluruh dunia akhirat.
Padahal banyak rencana yang sedang kubangun di bulan Agustus ini. Beberapa hari yang lalu aku dikejutkan bahwa cara mandiku selama ini salah. Itu yang menjadi faktor utama mengapa mukaku sekarang penuh jerawat dan kulit badanku juga. Padahal kan sebagaimana yang kita ketahui bersama dan rakyat Indonesia juga tahu bahwa betapa gantengnya aku, gagah, atletis, dan macho. Jadi, gara-gara jerawatku itu aku berencana untuk membeli sabun muka, tetapi setelah aku hitung dengan kebutuhanku, alokasi dana untuk sabun tiada mencukupi.
Ah, parah sekali negara Indonesia ini. Mengapa tidak ada yang namanya tunjangan sosial bagi kaum marginal sepertiku yang terpinggirkan dan pengangguran. Harusnya negara ini mengikuti aturan para sosialis-demokrat yang membebankan pajak 65% demi kesejahteraan seluruh rakyatnya. Bukankah bumi, udara, laut, hutan, pajak, gaji, listrik, toilet, angkot, bajaj, dikuasi oleh negara?
Heyyeh! Mau ditaruh di mana muka Indonesia jika seluruh dunia tahu bahwa seorang Baiquni diambang kebangkrutan? Oh tidak !!! Ini sungguh sangat memalukan citra Indonesia dan seharusnya segera ditanggulangi.
Ya Tuhanku, di bulan ketika perut diikat kencang, kau ikat aku dalam miskin yang bukan tipuan.