Mas Wawan

“Mas Wawan tu dah berubah, ga kaya dulu. Gara-gara Datul bilang kalo Beni mo nikah ma Datul.”

”Buat apa kasih dia? Foto itu dirobek aja atau dibakar aja, gampang kan?”

”Bukan gitu tapi Datul emang ga suka foto-foto. Mas Wawan tuh mungkin saja sekarang dah punya pacar. Mana boleh Datul ganggu dia.”

”Beni ga salah kok. Ga usah minta maaf ya… :). Tentang Mas Wawan dah berubah itu lupain aja. Datul ga pernah harap apa-apa. Cuma ga pengen kehilangan teman aja. Kalo emang dia ga mau sms-an ma Datul lagi, ya ga papa, terserah dia, asal dia senang. Itu udah cukup :-).”

”Cinta apaan, kan cuma suka.”

……….


Waktu sms-an itu berlangsung, malam sedang berlangsung. Dan aku cuma ditemani para bintang dan makhluk malam. Aku cuma bisa tersenyum, kecut. Kasihan Datul.

Datul? Oh, jika kalian belum mengenalnya mungkin kalian lebih familiar dengan istillahku tentang dia, Taman Surga. Aku mengambil julukan itu dari namanya, Raudhatul Jannah. Taman Surga, yah aku memang menginginkannya seperti aku merindukan surga.

Tapi kali ini aku tidak akan bercerita tentang Datul, aku ingin bercerita kepada sosok yang bernama Wawan. Yah, namanya Mas Wawan. Sosok yang membuat Datul menolak janjiku untuk selalu setia tanpa poligami, menolak keinginan tulusku untuk meminangnya, menolak sebuah ketulusan hati dalam bingkai cinta, menolak seorang pria yang merasa dirinya memiliki seribu kesabaran untuk bersabar akan kelabilan jiwa dan kekeras-kepalaan, menolak… Dia melakukan atas nama sosok itu, atas nama Wawan. Kasihan Datul.

Jujur, dari lubuk hatiku yang teramat dalam, aku masih mencintai wanita itu, wanita yang kuberi nama Taman Surga. Aku masih mencintainya. Bahkan aku akan merelakan melepas cintaku padanya jika itu inginnya. Aku ingin tetap melihatnya tersenyum, bahkan hingga dia kelak menutup mata menuju keabadian. Aku cuma ingin dia tersenyum, bahagia.

Melepaskannya untuk seorang Wawan bukanlah berarti apa-apa, asal senyum itu tetap pada wajahnya. Bahkan kadang ingin kuberikan berjuta mawar putih untuknya atau akan kuceritakan episode-episode terbaik dalam hidupku untuknya, namun aku yakin dia akan menolaknya. Mungkin kini aku telah pupus dimatanya, ada seseorang yang begitu berarti baginya aku rasa, sosok yang akan terus melanjutkan senyumnya. Mas Wawan.

Andai bisa, aku ingin Mas Wawan membaca blogs-ku terutama tentang bagian ini. Aku ingin dia tahu, aku ingin dia mengerti bahwa betapa ada seseorang yang sedang jatuh hati kepadanya. Aku ingin agar Mas Wawan tak membuatnya kecewa, aku ingin agar engkau melanjutkan senyum diwajahnya. Aku menginginkan itu.

Tak akan pernah aku peduli sesiapa yang akan melanjutkan senyum itu, tak akan pernah. Tak peduli itu kamu, atau pria yang lain. Yang aku inginkan adalah senyum itu tidak mengering, aku ingin dia terus tertawa. Cukup sudah tangisan-tangisannya. Cukup sudah dia hanya menjadi pelampiasan rasa sepi. Aku ingin agar engkau atau dia menjadi pelanjut senyum diwajahnya, seorang pelanjut dengan ketulusan, seseorang yang melakukannya atas dasar kebenaran cinta bukan hanya karena engkau merasa sepi atau suntuk. Aku cuma menginginkan itu.

Mas Wawan. Aku mengenalnya hanya dari segelintir sms-an kami. Seorang pria nan jauh di pulau Jawa sana, seorang pria yang tengah kesakitan dilanda penyakit. Seorang pria yang sedang dicintai oleh wanita yang sedang aku cintai. Seorang pria yang karenamu dia membagi cintanya. Namun aku tak memahami semuanya sejelas aku memandang garis pada kertas putih. Aku hanya tahu, namanya Wawan, Mas Wawan.

Tak banyak yang kuketahui tentang dia, tidak banyak.

Cukuplah aku hanya mengetahui bahwa dia sedang dicintai oleh wanita yang sedang aku cintai. Cukuplah aku hanya mengetahui itu dan semoga saja Mas Wawan juga mengetahui itu. Cukuplah bagiku dia yang kucintai melanjutkan senyumnya. Bagiku itu sudah cukup.

Aku tak menginginkan cinta yang memaksa. Aku tak pernah ingin menjadi manusia yang egois. Wahai engkau yang sedang kucintai, mengapa kini engkau menyerah setelah aku merelakan hatiku tercabik olehmu. Mengapa kini engkau mensia-siakan apa yang telah terlalu berat yang kulakukan untukmu. Ayo, rebutlah cintamu itu dan berjanjilah untukku; KAU AKAN TERUS TERSENYUM PADA LANGIT BERBINTANG.