Dulu, aku mengira bahwa luka mampu membuat orang berubah. Membuat mereka mempelajari sesuatu dari apa yang telah mereka lakukan. Ternyata aku salah. Tidak demikian adanya. Terkadang, manusia, setelah berulang kali jatuh, mereka tidak mampu belajar dari kesalahannya. Rasa enggan pindah dari zona aman, membuat mereka menunggu luka-luka berikutnya.
Jujurlah. Berapa kali kita sadar bahwa apa yang telah berulang kali kita lakukan adalah kesalahan. Yang akan terus membuat kita jatuh dalam kubang dalam yang sama. Seterusnya.
Dan kita, merasa enggan untuk beranjak pergi. Terlalu malas untuk menuju perubahan. Kita malas untuk berubah menjadi lebih baik. Enggan. Atau kadang terlalu sombong. Sampai-sampai, kita lebih memilih menanggung luka dan derita yang berkepanjangan dari apa yang telah kita lakukan. Kita menjadi akut. Menikmatinya. Lantas kemudian, menyalahkan Tuhan, bahwa hal ini menjadi bagian dari rahasia takdirNya.
Berubahlah teman. Berubahlah!
Sadar bahwa diri kita tidak sempurna adalah awal yang baik. Sadar bahwa kita telah melakukan kesalahan adalah sebuah kebenaran. Namun, menjadi sadar berarti kita menjadi terbangun dari tidur. Tidak cuma memiliki angan-angan bermimpi berubah tanpa melakukan tindakan nyata dan pasti. “Langit kawan, tidak cuma bisa engkau pandangi. Tekadmu mampu menyentuhnya.”
Berubah cuma memerlukan sedikit keberanian. Berani untuk mulai meninggal rasa enggan dari zona aman yang selama ini menyelimutimu. Berani untuk mengatakan TIDAK pada semua luka yang dulu pernah mencabik diri dan hatimu.
Bukankah engkau pernah mendengar, saat Tuhan berkata, bahwa dia tidak akan mengubah nasipmu kecuali engkau yang mengubahnya. Lihatlah, betapa Tuhan tidak ingin menzalimimu. Saat dia membuatku terluka, dia memintamu untuk mengambil hikmah dari segalanya. Seperti bayi yang belajar berdiri, dari tatih-tatih jatuh yang membuatnya terluka, dia akan mampu berlari sekuat yang dia bisa. Demikianlah kehidupan. Luka, tidak berarti membuatmu berhenti.
Mereka yang lahir dalam gulungan ombak, akan menjadi raja di lautan.
Luka membuatmu belajar. Bukan membuatmu mengulanginya. Mereka yang terus mengulang luka, mungkin, boleh ibarat seperti keledai, yang jatuh berkali-kali pada lubang yang sama.