Lautku

Sabtu, 23 Agustus 2008

Entah kenapa aku sedang pengen gabung dengan anak-anak chatting ke pantai. Mungkin karena hari terakhir mau bulan Ramadhan ya? Akhirnya aku putuskan untuk ikut mereka ke pantai besok, Minggu 24 Agustus 2008 ke pantai. Setiap orang dikutip biaya Rp 15.000,-

Biasanya, aku paling jarang gabung dengan anak-anak chatting. Aku lebih suka bermain di balik layar, tertawa, cekikikan, tanpa ada yang tahu siapa sebenarnya aku.

Minggu, 24 Agustus 2008

Jam 10.00 WIB aku sudah menelepon Mirza temanku, aku ingin pergi sama-sama dengannya. Namun itu tu anak langsung pergi ajah. Huff..

Akhirnya aku pergi sendiri. Ini pertama kalinya aku pergi ke pantai Lampuuk sendiri, namun kuberanikan juga.

Sesampai di pantai, aku langsung telepon Mirza, menanyakan keberadaannya. Ternyata dia belum sampai. Huff…

Lama menunggu, akhirnya aku tidak sabaran. Aku pun beranjak sendiri, berjalan menelusuri pasir-pasir kering. Hingga sampailah aku di suatu tempat yang sepi dari orang-orang di pantai, di sana ada sebuah kayu mati kering yang teronggok dan aku pun duduk. Sendiri aku duduk.

Dalam kesendirian itu aku memandang laut. Menelusuri jejak dalam diriku. Ternyata aku kesepian.

Suara debur ombak yang sahut-sahutan, aku pun menutup mata. Menikmati sensasi deburan itu mengisi gendang-gendang telingaku. Seperti dalam ekstase, namun ekstase yang amat sangat menyedihkan. AKU DALAM KESENDIRIAN.