Kripik Ungu

Semalam, aku berhenti di Sare setelah perjalanan panjang dari Lhokseumawe menuju Banda Aceh.

Jam satu pagi, mamak turun dari mobil Avanza kami. Saat itu sedang hujan lebat, teramat lebat. Mamak turun untuk membeli kripik yang khas yang sering dijual di Sare. Aku hanya melihat, aku menunggu.

Kripik ungu…

Entah mengapa aku teringat dengan kripik ungu. Bagiku itu tidak cuma kripik yang paling kusuka, namun kripik itu mengandung kisah bagiku.

Syahdan, dulu aku pernah ada seseorang yang memberikan kripik ungu padaku, seseorang wanita yang pada saat itu begitu kucintai, seseorang yang sampai saat ini masih sering kupikirkan, walau saat ini mungkin aku telah mampu menyukai seseorang yang lain namun namanya masih tetap ada dihati.

Wanita itu surga.

Dalam mobil, dibalik kabut gunung yang dingin, dibalik embun-embun yang mengembosi kaca mobil, aku merenung. Renunganku tentang dia. Renunganku mengapa dia mampu meninggalkan aku sedangkan aku tidak. Renunganku: apa salahku?

Terkadang, cinta memang bisa membuat gila.

Kripik ungu, selalu membuatku merenung: Adakah seseorang lain yang akan melakukan sama, memberikan kripik ungu padaku sebagai tanda cinta.

Aku menunggu…