Aku gundah,
Malam memberiku semua hitam
Gelap seujung pandangan
Engkau bagaimana?
Sedari pagi,
Hatiku menitahkan satu nama
Tak kunjung lupa
Tak kunjung reda
Banda Aceh, 17 Oktober 2009 – 00:34 WIB
Tak tahan, puisi itu hadir lantas kukirimkan. Namun aku mengirimnya tidak cuma kepada satu orang, ada beberapa orang yang kukirimkan puisi tersebut. Namun anganku, rasaku, dan awangku cuma tertuju kepada satu nama. Sebuah nama yang untuk menyebutnya saya aku tak berani. Terlalu malu. Nama yang lama tidak memberiku kabar. Nama yang mungkin aku telah hilang dari bayangannya.