Manusia sering sekali bingung dengan apa yang mereka inginkan. Beberapa waktu yang lalu aku pernah digugat, agar lebih memperhatikan. Namun ketika perhatian itu aku berikan, sang penggugat malah ingin ditinggal sendirian.
Dia tidak sendiri. Ada banyak manusia yang bingung dengan apa yang telah mereka tetapkan.
Aku banyak menemukan orang yang melanggar konsensus yang mereka ciptakan. Sama seperti pelanggar hukum, dia tahu apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan namun tetap saja melanggar. Bahkan aku punya teman yang model seperti itu, jika naik motor di belakangnya aku harus ekstra waspada dan terus-menerus beristigfar.
Menyalip mobil sembarangan, memotong lampu merah, menyeberang sembarangan. Dia merasa kuasa karena belum pernah terjadi celaka. Sayangnya, dia menilai itu dari sudut pandang pribadinya sendiri padahal mungkin ada orang lain yang bisa celaka karena ulah dan tingkahnya.
Hidup bukanlah rangkaian peristiwa yang terjadi cuma satu babak. Ini seperti efek domino, ketika engkau melangkah satu langkah, takdir yang lain akan terbentuk untuk langkah berikutnya. Demikianlah bagaimana dunia bekerja.
Setiap manusia seperti itu. Termasuk aku. Aku adalah manusia yang sering melanggar apa yang telah aku putuskan terhadap diriku sendiri. Contohnya adalah aturan proposal yang bahkan aku tuliskan di note layar depan handphoneku. Isinya adalah:
– tilawah 1 juz per hari
– shalat subuh berjamaah
– ma’surat pagi dan sore
Tetapi lagi-lagi aku melanggar apa yang telah aku tetapkan. Ada banyak alasan, yang utama adalah rasa malas yang mendera. Hanya pada saat-saat tertentu ketika aku sedang ingin saja maka aku lakukan. Aku termasuk golongan barisan yang tertipu. Aku merasa jika aku memaksakan melakukan itu seolah pekerjaanku itu tidak ikhlas. Aku melupakan prinsip dasar hukum gerak Newton pertama: ”Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan terus diam. Sedangkan, benda yang mula-mula bergerak, akan terus bergerak dengan kecepatan tetap”
Jika aku terus melakukan seperti apa yang ada di dalam proposalku itu, maka aku tidak sedang melakukan sesuatu yang terpaksa karena itu telah menjadi biasa. Itu yang aku lupakan dan semua orang melupakan. Seolah, ketika kita melakukan kebaikan namun karena bukan keinginan napsu kita maka kita akan menganggapnya sebagai salah satu bentuk kemunafikan.
Kembali ke pokok permasalahan. Manusia seringnya bingung dengan apa yang sesungguhnya mereka inginkan. Watak kekanakan di dalam diri manusia tidak sepenuhnya hilang. Anda tentu pernah melihat anak-anak yang merengek ingin ini-itu namun ketika apa yang dia inginkan telah ada ditangan, anak-anak cenderung bermain sebentar dengan mainannya itu lantas mulai bosan dan mencari mainan yang lain. Demikian juga watak manusia.
Manusia, selalu menginginkan apa yang tidak dimilikinya. Setelah semua mereka miliki, mereka akan bosan dan mulai mencari barang mainan baru lainnya.
Ketika manusia tidak memiliki aturan, mereka menciptakannya. Ketika manusia telah memiliki aturan, mereka pula yang melanggarnya. Manusia adalah makhluk paling aneh yang ada di muka bumi.
Sering sekali kita mendengar: “sesuatu itu akan terasa berharga ketika kita telah kehilangannya”
Benar sekali! Manusia juga adalah makhluk yang egosentris. Walau mereka telah bosan dengan sesuatu, namun mereka tidak benar-benar berharap kehilangan hal tersebut. Jadi, satu-satunya yang ada itu adalah keinginan.
Sesuatu akan menjadi berharga ketika kita sudah tidak memilikinya lagi. Maka berbahagialah dengan apa yang telah Anda miliki, walau terkadang membosankan namun sesungguhnya itu amat berharga. Anda akan menyadari ketika sesuatu itu telah benar-benar tidak ada.