Jangan Takut Riya

Kutipan ini saya ambil dari buku “Mencari Mutiara di Dasar Hati“, semoga mampu menjawab jawaban rekan-rekan yang mengurangi ibadah mereka dengan alasan takut riya.

Seorang pemuda pernah bertanya kepada Ustad Fathy Yakan, juru dakwah terkenal asal Jordania. “Saya gagal, putus asa, tidak sempurna dalam berbagai amal karena saya selalu dihantui perasaan riya,” kata pemuda itu. Ia bahkan berniat akan mengurangi amal ibadah dan aktivitas dakwahnya supaya tidak terjerumus pada sikap riya.

Ustad Fathy Yakan menjawab, “Siapa manusia yang tidak pernah terganggu oleh bisikan riya? Kita manusia. Semua kita mengalaminya.” Ia lantas mengutip sebuah hadist Rasulullah saw, “Andai manusia tidak melakukan kesalahan niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang melakukan kesalahan kemudian mereka bertaubat dan Allah menerima taubat mereka.” (HR Muslim dan Ahmad)

Fathy Yakan mengatakan, “Ibadah dan amal kebaikan itu sendiri merupakan bagian dari terapi dan ampuh atas dosa yang engkau lakukan.

Saudaraku,
Perhatikan bagaimana jawaban Rasulullah yang sangat jelas tatkala ada seorang pemuda bertanya kepadanya, “Ya Rasulullah, bagaimana jika ada seorang yang melakukan shalat malam, tetapi di waktu siang ia mencuri?” Apa jawaban Rasulullah? “Amaluhu yanhahu amma taquulu,” amal ibadahnya akan menghalanginya dari mencuri. Singkat sekali.

Jawaban ini sama seperti yang pernah dikatakan oleh seorang salafushalih tatkala seseorang bertanya padanya, “Mana yang lebih baik apakah saya melakukan sujud tilawah namun orang-orang melihat saya dan saya khawatir riya atau saya tidak melakukan sujud sehingga saya terhindar dari riya?” Orang shalih itu menjawab, “Lakukan sujud tilawah dan lawan bisikan setan dalam dirimu.

Apa inti jawaban para ulama terhadap rongrongan hawa napsu itu? Lawan! Jangan pernah menyerah terhadap dorongan negatif hawa napsu. Ini adalah perang yang tak pernah usai dan tak boleh berhenti. Berhenti atau mengurangi amal dan ibadah, itu berarti keluar dari lingkup pemeliharaan dan perlindungan Allah swt. Artinya, seseorang akan cenderung terpuruk lebih jauh dari apa yang dikeluhkan akibat melakukan kesalahan. Ia telah memilih jalan ke arah kesesatan, bukan jalan hidayah.

Semoga Allah menghindarkan kita semua dari pilihan seperti itu…