JANGAN PERNAH CURHAT!
Yah, jangan pernah curhat dengan seorang wanita, terutama wanita yang memiliki hubungan dekat dengan teman-temanmu, atau saudara-saudaramu. Jangan salahkan aku kalau kau tetap curhat dengan mereka, jangan pernah salahkan aku jika isi curhatanmu akan tersebar seperti api menggumuli minyak. Jangan pernah menyesal.
Harusnya aku mengambil pelajaran dari yang dulu-dulu. Dulu aku pernah curhat dengan kakak kandungku soal wanita yang menjadi cinta pertamaku, seorang wanita chinese yang anggun namun sayang dia non-muslim. Hampir bisa dipastikan semua keluargaku tidak setuju. Awalnya aku kira kakakku akan menjadi tong sampah yang aman, namun ternyata tidak! Sama sekali tidak! Isi curhatan menyebar secepat air meresapi kapiler-kapiler kasa.
Sekarang wanita yang kuanggap menjadi tong sampah yang aman tidak seperti anggapanku itu. Ternyata aku telah salah dari dahulu, aku memang telah salah. Awalnya aku kira aku bisa menampung seluruh isi hatiku kepadanya, namun ternyata tidak. Untung saja aku tidak menguras hatiku 100% kepadanya, hanya dengan Aik aku mengutarakan semuanya, walau hanya 80% mungkin aku kira. Dan hanya dia dan Aik satu-satunya yang menjadi tempat pelampiasan hatiku ini. Hanya mereka.
Paradigma harus diubah, harus segera dirubah.
Aku benar-benar kesal teman, aku benar-benar menyesal, marah, sejuta keinginan untuk menghancurkanmu meresapi hati ini. Maafkan aku!
”B’bny yg gnteng..g’ nlpn wek2 mlem ni..kn biasa’a B’bny sk dnger suara cwek yg lg tdur jam 12 mlem ato biasa 3 ato mau pagi..B’bny..suara sapa yg pling sk..” (hasil sms sengaja tidak ku edit, amat sangat sengaja).
Siapa lagi yang mengerti dan tahu bahwa aku penderita imsonia, siapa lagi yang memahami bahwa aku biasanya saat-saat seperti itu berlabuh kepada Aik atau dia, siapa lagi selain dia? SIAPA?
”Kn beny bnyak tmen crhat yg cwek..rika n eka..dll..diantara smua tu yg pling beny sk ada kn..” (lagi-lagi hasil sms sengaja tidak ku edit, amat sangat sengaja).
Semua sms itu dikirim oleh nomer tidak ku kenal. Namun saat aku bertanya apakah itu engkau namun engkau menolaknya. Jadi hanya ada satu kesimpulan, hasil curhatanku bocor atau dia adalah kamu.
Sungguh jika dia adalah kamu, maka aku tidak akan semarah ini. Bahkan sama sekali tidak akan marah, namun jika tidak… maaf teman, aku rasa sudah saatnya aku untuk tidak mempercayaimu lagi. Maafkan aku.
Sebelum semua menjadi jelas, tolong jangan pernah hubungi aku lagi. Dirimu pasti mengerti bagaimana jika seorang aku menjadi marah. Teman, aku memang tak mudah marah namun saat amarah itu membara yang ada hanya dendam, maka tolong jangan percik ia menjadi bara yang berkobar hebat.
Jujurlah, atau memang dirimu memang tidak bisa kupercaya lagi?
Terima kasih.