Lelaki jangan menangis,
walau badai lara mengepungmu
mungkin dia memang bukan jodohmu
cinta tak seindah cerita
Aku syok. Tanganku mendingin dengan debar jantung yang terasa begitu fluktuatif. Sesekali jantung ini berdebar dengan demikian kencang, lantas kadang melambat selambat-lambatnya. Dunia bagai suatu alam yang dibekukan oleh waktu, semua terasa berhenti sesaat itu. Jantungku memacu tak beraturan, dapat kurasa wajah dan jantungku memanas. Aku patah hati.
Wanita itu ternyata telah memiliki seseorang dihatinya. Seseorang yang telah tiga tahun lamanya mengisi ruang kosong yang ingin kumasuki itu. Mungkin dia memang bukan jodohku.
Dia heran, mengapa aku begitu cepat mampu menyukainya. Demikian pula aku, heran mengapa itu bisa terjadi. Kami sama-sama menjadi makhluk dalam nuansa heran. Heranisme.
Bagiku dia seperti wujud reinkarnasi. Di dalamnya aku menemukan sosok seseorang yang dulu pergi meninggalkanku. Aku melihat dia seperti melihatnya. Putih, pendiam, pemalu namun ditelepon dan sms suasana lain terasa berbeda. Sama seperti kisahku dulu. Aku seperti menemukan oase baru, seperti menemukan seseorang yang sama namun dengan nama dan rupa yang berbeda. Tetapi nasipku tetap sama, episode kali ini, aku juga patah hati.
Taman Surga. Mengapa namanya selalu menghantui diriku. Mengapa nama itu tak pernah jeda. Mengapa aku harus terus cinta.
Aku kira, babak ini akan segera usai. Babak ketika aku menemukan sebuah ruang yang memiliki kotak besi di dalamnya, sebuah ruang yang tepat untuk ku menyimpan hati. Namun rasanya babak itu belum lagi dimulai, apalagi untuk menjadi usai. Episode demi episode masih terbentang luas, dan aku masih buta untuk mencari. Aku meraba dalam kegelapan, kepada siapakah cintaku akan bermuara.
Kepada seseorang yang juga aku cintai aku katakan, “aku ini aneh, mengapa aku bisa cinta kepada dua orang dalam waktu yang sama?”
Aku tak mengerti dalil apa yang harus kupakai. Aku bingung menelusurinya. Mengapa cinta menjadi begitu rumit?
Sesuatu akan indah pada saatnya…
Kali ini aku tak mampu menangis. Air mataku terlampau kering untuk menangisi segala hal. Mungkin masih ada sisa air mata yang bisa kukeluarkan, tetapi tidak untuk cinta. Aku harus menjadi lelaki tegar.
Kebingungan semakin memuncak. Mengapa cinta tak seindah cerita?
Engkau liat film-film dalam tayangan tv, atau sinetron-sinetron dengan peran-peran cantik. Aku tidak butuh cinta dengan pelaku seseorang dengan kecantikan sempurna, yang aku butuhkan adalah sebuah ketulusan hati. Seseorang yang menjadi ruang dimana di sana mampu aku meletakkan cinta. Menjadi nyaman, lantas aku mampu terbang.
Bidadari, kapan engkau datang? Menjemputku untuk kuserahkan hatiku padamu. Agar aku tidak lagi berkata: “Cinta Tak Seindah Cerita“