Entah mengapa, aku tidak suka jika seseorang menyimpan energi kebencian di dalam dirinya. Sama seperti tidak sukanya aku kepada dia yang telah membenci diriku. Dan aku pun tidak suka kepada diriku sendiri yang membenci seseorang yang memang patut untuk dibenci.
Dan seseorang yang sedang aku cintai ternyata sedang memendam sebuah kebencian, kepada seseorang yang dia ceritakan kepadaku barang tempo hari.
Sungguh aku ingin katakan, “tolong jangan pernah membenci”
Terlebih, terhadap kebencian-kebencian yang tidak beralasan. Dan jangan mencari-cari alasan untuk membenci. Bencilah sesuatu yang memang seharusnya dibenci, seperti engkau membenci kemungkaran sebagaimana engkau dibenci dimasukkan ke dalam neraka jahanam.
Kadang benci timbul akibat efek rindu. Semakin benci engkau, sesungguhnya semakin rindu pula dirimu. Engkau yang rindu untuk membencinya atau engkau benci dengan kerinduan yang engkau ingkarkan itu.
Dua orang melakukan hal yang sama, namun mengapa seorang engkau benci dan yang lainnya engkau diamkan. Mengapa? Karena engkau menyimpan sebuah perasaan hati. Engkau membencinya karena rindunya bukan kepadamu tertaut. Dan sekejab, engkau membenci orang-orang yang mewarta tentangnya. Karena rindu membuatku sesak, sesak, dan semakin sesak. Engkau benci rasa sesak itu, engkau ingin normal, hidup tanpa sesak, tanpa rindu, tanpa harus membenci semua rasa yang semakin bangkit.
Seorang lelaki pun cemburu. Dia yang cemburu kepada rasa bencimu. Rasa benci yang timbul karena rindu.
Namun dia tidak punya benci. Dia tidak membenci hati yang bertalu-talu menyebutkan satu nama tanpa jeda, nan tak kunjung reda. Dia tiada punya kuasa benci untuk ribuan rindu yang melumati hati. Benci tiada bersarang.
Syahdan, rindu yang engkau wartakan bukan kepadanya. Syahdan, cinta yang kau nyanyikan bukan untuknya. Lelaki tiada punya benci, tak akan pernah mampu membenci, tiada kepada seseorang yang pernah dia cintai.
Lelaki juga tidak memangku benci ketika dia pernah dikhianati. Ketika kata berucap dusta tentang alasan mengapa cinta sirna. Lelaki tak juga mampu membenci.
Lelaki membenci kebencian. Lelaki tidak suka jika orang-orang menyimpan benci.
Benci, mengapa tidak engkau khatamkan. Tamatkan saja riwayat rasa itu. Bukankah masih banyak energi yang tersisa untuk cinta, namun mengapa engkau memilih benci.
Sungguh, Tuhanmu lebih menyukai rasa cinta dibanding benci.