Bank Mandiri. Tidak Melayani dengan Sepenuh Hati

Jujur, this is the 1st time gw kecewa dengan pelayanan Bank Mandiri. Benar-benar kecewa! Apalagi disaat gw bener-bener butuhin support mereka, dan gw benar-benar kecewa. Senyum mereka cuma ada kalau gw mau nabung ajah. Huh, mana biaya-biayanya banyak lagi yang dipotong tiap bulan.

Ceritanya gene lho. Hari ini, tanggal 12 Juni 2007 gw niat nabung di Bank Mandiri cabang Unsyiah soalnya kan gw nge-ngampus di Unsyiah. Nah, kebetulan juga gw niatin mo nanya soal history transaksi, soalnya pihak Erlangga minta bukti setoran transaksi gw ke mereka, karena udah 2 minggu baru mereka ngomong gitu otomatis struk ATM gw dah ga ada lagi khan, mana struknya pudar lagi.

Kebetulan keadaan bank sedang sepi. Yach, paling cuma ada 4-6 orang customer lah. Gw waktu mo nabung aja cuma antri untuk 1 orang jadi cepet banget. Nah selesai nabung, gw nanya ke kasirnya (kesialan dia awali dari sini, kasirnya cowo hiks…) “Bang, kalau mau print transaksi dimana yach?” Tanya gw ramah (gw emang ramah banget). Trus kata dia, sama mbak yang ada di samping dekat pintu masuk ajah.

OK. Lalu gw ke sana, trus nunggu bentar karena di sana ada customer yang sedang dilayani. Selesai itu, kemudian ada cowo lagi yang nanya soal ATM dia yang rusak dan dia diminta membawa buku tabungannya plus KTP. OK pelayanan untuk customer yang kedua berlalu dengan amat sangat cepat, lalu tibalah giliran gw.

Nah waktu giliran gw, gw tanya, “Mbak, kalau mau print history transaksi dimana yach?” Lalu doi jawab, “Owh kalau itu sama Bapak yang ada di pojok sana dek”. Karena cuma ada 2 customer support di sana, gw langsung ngerti maksud si mbak (keseringannya gw oon gitu).

Trus, gw menuju si Bapak. Dari tatapannya dah ga bersahabat, tapi apa peduli gw.

“Pak, saya mau print history transaksi transfer saya. Bisa tidak? Soalnya struk atm saya hilang dan saya membutuhkannya untuk konfirmasi pihak Erlangga bahwa saya sudah melakukan transfer ke mereka.”

“Owh tidak bisa. Harusnya anda menjaga struk atm anda itu dan tidak boleh hilang!”

‘Jadi, saya tidak bisa melihat ke mana saya transfer duit? Atau history-history transaksi saya?”

“Iya tidak bisa, itu kesalahan anda.”

“Jadi gimana solusinya Pak?”

“Yah anda fotokopi ajah buku tabungan anda dan perlihatkan kepada mereka bahwa sudah ada transfer sekian-sekian ke mereka. Kan tidak anda saja yang harus melakukan validasi, mereka juga harus. Mereka bisa melihat transfer-transfer yang masuk ke mereka.”

“Jadi tetap ga bisa pak?”

“Enggak!”

Duh gusti… gmn nech? Itulah pikiran yang berkecamuk di dalam hati saya.

Namun inti masalahnya adalah bahwa kenapa yach Bank Mandiri tidak berusaha melakukan support yang baik, dan tidak terkesan menyalahkan. Dari nada bicara Bapak itu, dia terkesan amat menyalahkan saya dan tidak ada keinginan untuk membantu. Sebagai customer yang sedang dalam masalah, seharusnya Bank Mandiri bertindak sebagai solusi.

Kadang saya heran, dengan IT yang sebegitu canggih, masa iya history transaksi aja ga bisa diprint ulang? Jangan-jangan gembar-gembor IT Mandiri cuma isapan jempol.

So, dimana slogan Bank Mandiri “Melayani dengan hati?” Mungkin sudah saatnya Bank Mandiri ganti slogan yach…

Ahh… Wallahu’alam bissawaf.