Mereka yang tidak memperdulikanmu maka tinggalkan. Mereka yang mengiringi jalanmu maka tinggikan. Menghabiskan hidup terhadap mereka yang menjadikanmu asing cuma menghabiskan waktu.
Kamu lebih berharga daripada apa yang mereka sangkakan.
Dalam kehidupan sosial, tentu kita memiliki seorang, dua, atau tiga bahkan lebih, mereka yang kita sayangi. Kita memiliki orang yang kita perhatikan secara lebih dalam porsi dibandingkan dengan yang lain. Kita memberikan kasih sayang kita kepada mereka secara utuh. Dan secara sadar, kita mengharapkan perlakuan yang sama. Sayangnya, hal itu tidak kita dapatkan.
Manusia. Ah, manusia.
Terkadang dunia ini berjalan tidak seperti yang kita harapkan. Terkadang, manusia datang dalam hidup kita seperti datangnya kumbang pada tanaman. Habis madu lantas sudah. Kita pun nelangsa saat ditinggalkan. Simbiosis yang terjadi bukanlah mutualisme, namun parasitisme, atau paling tidak komensalisme.
Kita pun harusnya mengaca diri. Apakah kita juga ternyata melakukan hal yang sama. Mereka yang memberikan cintanya kepada kita secara lebih malah kita tinggalkan. Kita menjadi asing dengan kasih sayang. Padahal, saat kita mengharapkan ada pintu yang terbuka, kita menjadi terpaku yang tanpa kita sadari ada pintu yang lain sedang menunggu kehadiran kita.
Terkadang ingin rasanya berontak. Tubuh yang dibalut kulit ini ternyata memiliki egoisme yang begitu tinggi. Kita menginginkan apa yang kita inginkan, bukan bercukup rasa dengan apa yang kita butuhkan. Kita menginginkan mereka yang kita cintai untuk juga melakukan hal yang sama: mencintai kita. Bertaruh perasaan kepada mereka yang kerap sekali alpa. Rasanya seperti orang bodoh.
Dan aku merasa asing. Asing sekali.
Berjuta air mata seharusnya tak pantas tumpah. Bercukuplah dengan apa yang sudah Tuhan berikan kepadamu. Dia yang Tuhan tanamkan rasa cinta kepadamu. Kamu terlalu berharga untuk menangis, terlebih menangisi mereka yang membuatmu semakin asing, atau bahkan tidak peduli.
Jika memang doamu terus mengalir, maka jangan hentikan. Biarkan dia mengalir kepada Tuhan walau mereka tetap lupa akan hadirmu. Jangan habiskan waktu untuk terus menatap satu pintu, karena ada berjuta yang terbuka mengharapkan kehadiranmu.
Aku, boleh jadi, sepantasnya benci. Namun aku sama sekali tidak menginginkan jiwa manusia mengotori hatiku. Jika mereka semakin asing, tidak perlu risau, tinggalkan jika memang perlu. Cinta, selayaknya tidak membuatku menjadi sendiri.
Memang bukan salah mereka. Saat semuanya menjadi semakin asing.
Mereka yang mencintai manusia akan dicintai Tuhan. Mereka yang membantu manusia akan dibantu Tuhan. Mereka yang pergi, maka biarkan. Di antara milyaran jiwa, ada banyak cerita yang mampu dirakit. Perjalanan masih panjang. Setiap langkah memiliki pelajaran.