Anak Ingusan

Well, hari ini aku menjadi anak ingusan. Anak ingusan dalam pengertian yang sebenarnya yaitu hidungku terus menerus mengeluarkan ingus dan mengeras. Agak aneh rasanya ketika hidungnya mengeras, aku menjadi merasa tidak mood untuk mengupil.

Tetapi ada yang aneh di sini. Ingusku tidak seperti ingus anak pada umumnya yang kental, berlendir, dan lengket. Ingusku ini cair, malah seperti air dan warnanya kuning. Jika aku menengadah ke atas dan mengesap ingus yang belum keluar itu kembali, kepalaku terasa saat pusing dan sakit. Sama seperti rasanya ketika tanpa sengaja kamu mengesap air melalui hidungmu. Parahnya lagi adalah, aku tidak mampu menghentikan ingus cair ini seperti ingus-ingus pada umumnya.

Aku baru tersadar bahwa aku beringus pagi tadi. Saat aku terbangun dengan terpaksa karena aku mengesap ingus tanpa sengaja yang membuat kepalaku seperti kemasukan alien. Saat aku bangun, ingusnya belum keluar. Baru saat aku membaca beberapa journal yang sudah aku print, tanpa kusadari ada air yang keluar dari hidungku dan menetes di lembaran-lembaran putih jurnalku. Warnanya kuning.

Semalam, kepalaku rasanya sakit sekali. Bahkan aku harus tertidur pukul 4 pagi dengan kondisi lampu yang harus dipadamkan. Aku tidak kuat menatap sinar yang dihasilkan oleh lampu. Bahkan, saat aku menutup mata, sinar itu masih mampu menembus kelopak mataku.

Seperti biasa, aku menempelkan koyo Salonpas untuk meredakan sakit kepalaku. Beberapa minggu terakhiri ini, aku sering sekali sakit kepala. Terlebih jika aku memikirkan satu masalah yang sama dan belum bisa aku selesaikan hingga hari ini. “Bagaimana menjadikan rumus-rumus menjadi satu fungsi mudah dalam pemograman MATLAB“, deadline TA-ku sudah semakin dekat.

Tetapi aku rasa, pusing kepalaku itu lebih disebabkan aku menatap monitor dalam waktu yang cukup lama. Lebih dari 12 jam sehari aku rasa. Untuk mempelajari MATLAB dari program-program yang sudah ada. Aku masih bingung bagaimana menggambarkan bentuk Stewart Platform dalam plot 3D dan melakukan animasi terhadapnya.

Beberapa journal yang aku baca, dan thesis yang aku lihat tidak ada yang mencantumkan lampiran pemograman yang mereka selesaikan untuk membuat animasi atau menghitung dinamik dari parallel robot tersebut. Mereka cuma memberikan gambar-gambar-dan-gambar.

Saat aku menuliskan ini. Ingusku masih saja menetes tanpa bisa aku hentikan. Untung masih ada tissue Paseo yang setia menjadi volunteers bagi ingusku yang terus mewabah datang. 🙂