Tadi siang aku ke kampus. Rencana awalnya hendak bertemu dengan pembimbingku untuk menyerahkan Karya Ilmiah yang sudah aku buat, tetapi di lab tidak ada seorang pun. Cuma ada bangku, meja, dan dinding yang bisu. Lampu lab telah dimatikan, walau siang namun lab tetap tampak gelap. Setelah meletakkan Karya Ilmiah punyaku di meja pembimbingku, aku memutuskan pulang.
Sebelum pulang, aku berjalan ke parkiran. Dalam benakku ketika itu, singkat sekali hari ini aku di kampus, juga aku merasa sepi.
Aku merasa sangat kesepian saat itu. Jantungku juga mulai gugup. Akibatnya, ada banyak kesalahan simple yang aku lakukan dalam keadaan demikian, berjalan tanpa fokus, tertendang batu, aku seperti tidak mampu mengontrol gerakku.
Aku memang agak kaku. Jika di dalam keramaian, aku merasa kurang nyaman. Sering sekali salah tingkah jika sudah beramai-ramai, terutama di antara orang-orang yang tidak aku kenal. Karenanya aku agak malas jika mengunjungi pameran, kecuali pameran komputer. Di pameran komputer pun biasanya aku mengajak teman agar aku memiliki orang yang kuajak berdialog agar gundah dan rasa gugupku sedikit terobati.
Bukan salah mereka. Ini semua salahku. Bukan mereka yang menjauhkan diri dariku, namun akulah yang menarik diri dari pergaulan. Ruang 4×6 dengan dinding putih ini telah memenjaraku. Aku cuma duduk di depan laptop, bahkan hingga 12 jam. Aku menutup diri dari dunia luar. Kadang, aku suka kesal dengan diriku sendiri. Kadang, beberapa ajakan teman aku tolak, hingga mereka mulai acuh kepadaku.
Saat-saat seperti ini, aku merasa banyak teman itu menyenangkan. Tetapi, temanku sungguh sedikit sekali. Some how, aku ingin kembali seperti dulu, punya teman tertawa, teman curhat, juga teman berbagi keluh-kesah. Sekarang, semuanya seperti kosong, setiap orang memiliki kesibukannya masing-masing.
Menatap langit-langit kamarku, aku merasa hidupku dirangkai dari tautan aksara-aksara yang cuma konsonan. Aku bilang, itu aksara sepi.