Air Mata

Untuk siapa air mata itu hadir?
Mengapa dia mampu mengalir?
Apakah oleh hati yang sedang terluka atau karena bahagia?

air mata
sumber: http://sebuah-catatanku.blogspot.com
Hampir setiap orang merasa bahwa tangisan mampu membalikkan keadaan. Mungkin itu alasan mengapa setiap kesedihan memperanakkan air mata. Aku sendiri tidak mengerti, mengapa air mata harus tumpah, karena sesungguhnya yang sakit adalah hati.

Malam itu aku mendengarkan lagi isakan dari air mata yang menetes tumpah. Awalnya pelan, lantas seperti deru ombak dia mengeras, sebelum kemudian menjadi badai yang memilukan.

Aku katakan dengan sungguh! Dengan seluruh jiwa dan ragaku! Berhentilah menangis. Tolong berhenti…

Suaraku saat itu cuma mampu tertelan oleh tangis yang telah membadai. Terombang-ambing oleh hati yang mengkeruh. Aku tidak mengerti, tidak menyimpan duga, atas apa air mata itu sampai hadir dan sekarang menjadi gulma. Yah, terkadang air mata pun mampu menjadi gulma. Tumbuh seketika dan menyebar menutupi seluruhnya.

Tangisan itu mulai membangunkan orang-orang. Membangunkan mereka, terutama yang terikat oleh hati.

Mereka — orang yang terikat oleh hati — bertanya, “mengapa menangis?”

Tanya yang sia-sia, karena air mata memiliki sifat, semakin ditanya maka akan semakin berkecamuk dia. Nanti, jika seseorang menangis di depanmu, jangan coba untuk hentikan ia, tidak pula engkau boleh bertanya tentang air mata. Namun, carilah apa yang tersimpan di dalam hati, karena dari sanalah sumber segala luka.

Saat tangisannya mulai pergi, dari kejauhan walau aku masih mendengar bahwa tangis itu belum henti, entah mengapa di sini aku pun mulai menangis. Mungkin, sifat kedua dari air mata adalah menularkan. Dia mampu menularkan apa yang dirasakan oleh hati.

Aku menutup segala sumber suara. Aku memandangi langit-langit rumahku. Ada nama dia dalam setiap dinding yang menutup. Ada wajahnya dalam setiap ubin yang dingin. Aku berbaring, telentang, dengan mata menutup. Persis begitu aku menutup mata, saat wajahnya hadir, air mata seketika itu mulai mengalir pelan.

Aku tidak mengerti. Sungguh tidak mengerti. Mengapa aku juga ikut menangis atas apa yang dirasakan oleh hatinya. Atau, hatiku pun mulai saling terikat. Aku hanya mengerti ketika jantungku berdetak. Ada sejenis rasa yang membuat air mata ini tumpah. Oleh manusia bumi, mereka menamakannya RINDU.

Maka demikian olehmu kawan. Ini aku sajikan kisah: tentang air mata.