Tuhan Yang Berjalan di Hati Setiap Manusia

Adalah Tuhan. Dia yang berjalan di hati setiap manusia. Dia yang membolak-balikkan hati. Dia yang memberi hidayah. Dia yang mengajari manusia, juga Dia yang membuat air mataku jatuh ketika malam tiba.

Adalah Tuhan. Dia yang mengkotak-kotakkan manusia dalam ruang lingkup surga dan neraka. Dia yang mengajari manusia mana yang halal dan mana yang haram. Dia meminta manusia untuk mencintai-Nya. Dan dia yang tak pernah jenuh untuk juga terus mencintai manusia.

Tuhan sering berjalan di antara hati orang-orang lemah. Menguatkan mereka. Memberi mereka senyum di atas segala gundah yang mendera. Dia memberikan janji atas doa, kepada mereka yang khusyuk, kepada mereka yang memohon dengan sungguh, kelak akan dia kabulkan. Bagaimana? Dengan melihat ke dalam hati tertulus manusia.

Aku melihat. Aku mendengar. Pekik orang-orang yang menyebut nama Tuhan. Meneriakkan nama-Nya. Tak kunjung jenuh, karena dalam pekikan-pekikan itu mereka menggantungkan harap. Ketika manusia telah berada di dalam titik paling kritis dalam hidupnya, mereka cuma punya satu harapan yang paling besar: TUHAN.

Di Kairo. Dalam demonstrasi besar yang meminta Mubarak terguling. Aku melihat dengan dada yang gentar. Aku berdebar hebat. Seluruh buluku merinding. Demikian hebat, demikian sangat. Mereka yang turun ke jalan lantas berteriak dengan lantang: ALLAHU AKBAR !!!

Tahukah engkau? Tuhan sedang bersatu dengan mereka. Dia berjalan di antara hati-hati mereka. Dia berbicara dengan bahasa terlembut-Nya. Dia menuntun kaki-kaki mereka. Kelak, Fira’un pun akan jatuh, dengan segala kuasanya di hadapan Dia yang paling berkuasa.

Dia lain kesempatan. Aku adalah mereka yang paling miris. Miris dengan mereka yang mengotori nama Tuhan. Mereka yang membunuh sesamanya dengan berpegang kepada nama-nama Tuhan. Aku sangat bersedih hati. Teramat sangat. Teramat dalam.

Cikeusik. Aku melihat sebuah pembantaian di sana dari bilik kacaku. Tentang lelaki berkumpul, lantas berteriak memanggil Tuhan, lantas membunuhi mereka yang ingkar kepada Tuhan. Tiga orang lelaki Ahmadiyah terbunuh. Tubuh mereka kaku. Terpukul, terpijak, dilempari batu.

Maka jika engkau ingin membunuh, bunuhlah dengan tegas. Hingga tidak ada rasa sakit yang berhembus di sekujur tubuhnya. Bukankah kepada hewan saja engkau lebih bijak? Engkau potong lehernya dengan pisau yang begitu tajam, engkau berdoa kepada Tuhan, dan berharap, hewan itu akan lekas matinya hingga tidak menanggung segala derita. Lantas kenapa kepada manusia engkau begitu kejam? Ke mana hati nurani yang telah Tuhan titipkan ke dalam hatimu. Sudahkah yang disebut nurani itu engkau buang?

Syahdan. Tuhan pun berjalan di antara hati-hati mereka yang membunuh.

Bukankah sudah sampai berita kepadamu? Ajari orang-orang yang ingkar kepada Tuhan dengan lemah-lembut. Ajari mereka dengan sebaik-baik perkataan. Kelak, jika pun mereka tidak juga berpaling dan menghadap Tuhan, maka tugasmu adalah cuma sampai mengajari karena hak Tuhan-lah memberi mereka hidayah dan ampunan atau membiarkan mereka.

Karena adalah tugas Tuhan untuk berjalan di hati setiap manusia. Lantas Dia pun memilih, siapa yang dicintai-Nya dan siapa yang tidak.