Jadwal Kencan

Aku senang sekali. Nanti malam jadwalku kencan dengan teman liqo dan besok paginya ada pengajian salafi.

Baru minggu kemarin aku mulai ikut dengan pengajian salafi, namun aku tidak mengikuti liqo mereka. Sebenarnya sistem di salafi juga seperti di tarbiyah, di sana ada yang namanya haloqah per kelompok-kelompok kecil. Tetapi aku tidak begitu mengerti sistemnya, karena aku tidak mengejar sistem.

Di tarbiyah pun, walau telah lama namun aku tidak terlalu mengikuti sistem. Bagiku, menetralisir segala keburukan itu sudah lebih dari cukup. Pernah tidak aku cerita bahwa teman-teman liqo-ku yang lain yang bahkan lebih baru dariku tetapi tingkat amalan mereka lebih baik, bahkan terkadang mereka juga ikut diterjunkan ke dalam lingkup dakwah yang lebih besar. Tetapi aku lebih memilih tetap tidak ikut itu.

Bagiku, haloqah adalah sarana untukku menjadi sedikit lebih baik di tengah keburukan-keburukan yang aku lakukan. Aku sadar, aku bukan orang yang terlalu dekat dengan keimanan umumnya. Satu hal yang membuatku betah berada di dalam kelompok ini adalah betapa dekatnya aku dengan orang-orang yang mencintai Allah.

Walau terkadang aku suka malas dan bolos liqo, namun ada rasa bersalah kalau bolos. Dan seperti ada kerinduan yang mendalam jika tidak liqo. Di kelompok kami memang sering sekali tidak liqo, maklum murabbi kami adalah orang yang sangat sibuk sekali dengan panggung politik untuk mensejahterakan masyarat dan bekerja untuk rakyat.

Kami, harus mampu memahami itu. Bahwa tugas kita bukan cuma untuk diri kita, namun kepada masyarat dan negeri ini. Ada tugas besar yang sedang diemban.

Aku ingat, dulu pernah lama sekali aku tidak ikut liqo karena malu ketika diwajibkan mengisi rapor harian. Duh, raporku selalu yang paling buruk diantara yang lain. Dan aku sadar itu, namun sekarang aku tidak malu lagi. Aku mengisi semua rapor itu sebaik-baiknya, walau masih jauh dari standar minimal yang ditetapkan.

Kadang-kadang, murabbi-ku sering juga menyindirku tetapi aku selalu nyengir. Hahaha… bagiku, yang penting bersama orang-orang yang mencintai Allah itu sudah luar biasa sekali.

Apakah kalian pernah merasakan betapa nikmatnya bersama orang-orang yang mereka mencintai Allah dan Allah mencintai mereka? Sungguh luar biasa nikmatnya. Apalagi jika bertemu mereka, wajah mereka cerah dan senyum mereka sumbringah. Duh, sejuk hati ini.

Di salafi, ilmu mereka lebih dalam lagi. Sumber ilmu mereka langsung dari hadist-hadist dan kitab-kitab yang menggunakan bahasa arab. Rata-rata yang mengisi pengajiannya adalah lulusan dari Saudi. Aku tertekun-tekun ketika mendengarkan pengajian kaum salafi.

Di tarbiyah, kami dituntut untuk mengamalkan. Sedikit apapun ilmu, amalkan! Itulah mungkin yang berbeda dengan orang-orang yang merasa ilmu mereka lebih tinggi.

Aku adalah salah seorang follower dari twitter salah seorang pentolan Islam Liberal yang jebolan pesantren. Dalam salah satu tweetnya dia pernah mengejek orang-orang dari Hizbut Tahrir dengan konsep khilafah tentang kondisi keilmuan mereka. Bahwa ustad-ustad mereka cuma ustad yang mendapatkan ilmu dari mendengar ceramah sana-sini, tidak seperti anak pesantren yang memang dari awal ditekankan tentang keilmuan tersebut.

Tetapi bagiku, pendapat itu tidak terlalu benar. Ilmu akan berkah jika kita mengamalkan. Buat apa jika ilmu setinggi gunung tetapi tidak diamalkan, malah digunakan untuk memutarbalikkan ayat Quran sekehendak semau perut kita. Terkadang aku takut seperti orang-orang yang dikatakan Quran, mereka yang menjual ayat-ayat Quran dengan harga yang murah.

Sekarang, aku cuma sedang menunggu notifikasi sms dari pemuda badar tentang kejelasan liqo nanti malam. Duh kawan-kawan, aku rindu kalian !!!